Apa Itu Dhaup Ageng dan Apa Saja Prosesi yang Dilakukan?
ERA.id - Dhaup Ageng erat dengan ritual pernikahan agung yang menghiasi upacara adat Kadipaten Pakualaman Yogyakarta dan memberikan sentuhan magis pada perjalanan cinta pasangan calon pengantin. Apa itu dhaup ageng? Mari simak pembahasannya.
Dalam setiap detilnya, Dhaup Ageng tidak hanya menyatukan dua jiwa, tetapi juga mempersembahkan sebuah perjalanan spiritual yang mendalam, memancarkan keindahan warisan budaya yang kaya di setiap langkahnya.
Apa Itu Dhaup Ageng?
Dilansir dari laman Kraton Jogja, Dhaup Ageng merupakan acara pernikahan agung seorang raja ketika melangsungkan pernikahan putrinya.
Dalam kearifan budaya Jawa, penyelenggaraan pernikahan umumnya menjadi tanggung jawab pihak perempuan. Umumnya, raja-raja pada masa lampau memiliki banyak istri dan keturunan, oleh karena itu, Upacara Dhaup Ageng hanya diadakan ketika calon pengantin perempuan merupakan anak perempuan raja yang dilahirkan dari seorang permaisuri.
Selain itu, tidak jarang upacara pernikahan di kerajaan pada masa lalu diadakan secara bersamaan untuk beberapa putra-putri Sultan. Sebagai catatan sejarah, pada tahun 1939, Sri Sultan Hamengku Buwono VIII melangsungkan pernikahan untuk tujuh pasang pengantin secara bersamaan. Berikut prosesi Dhaup Ageng:
Lamaran
Calon pengantin pria menyampaikan kesungguhannya melalui upacara lamaran setelah mendapat persetujuan keluarga Sultan. Proses ini menandai persetujuan untuk membina rumah tangga.
Majang & Pasang Tarub
Inti upacara ini adalah penghiasan tempat pelaksanaan Dhaup Ageng, mencakup simbol dan sesaji. Bleketepe, tarub, dan tuwuhan dipasang di berbagai lokasi dalam Keraton Yogya.
Nyantri
Sebagai penyambutan, Nyantri memperkenalkan calon mempelai pria terhadap adat istiadat dan kehidupan keluarga kerajaan di lingkungan Keraton Yogyakarta.
Siraman
Ritual pemandian Siraman, dilakukan secara terpisah untuk calon mempelai wanita dan pria, menyimbolkan membersihkan lahir dan batin serta memperoleh doa restu. Setelah Siraman, kedua calon mempelai dihias, khususnya pengantin wanita yang menerima riasan paes ageng sebagai bagian dari persiapan pernikahan.
Tantingan
Prosesi pemanggilan calon mempelai wanita oleh Sultan, disebut Tantingan, menandai tahap di mana Sultan menanyakan kesiapan dan kemantapan hati calon mempelai wanita untuk menikah. Pada masa lalu, ini adalah momen di mana Sultan mengumumkan pria yang akan menikahi putrinya, sering melibatkan perjodohan.
Midodareni
Midodareni, malam sebelum pernikahan, adalah permohonan agar seluruh prosesi berjalan lancar. Dipercaya sebagai malam turunnya bidadari, calon mempelai wanita berparas secantik bidadari, mengikuti legenda Ki Jaka Tarub yang memohon turunnya bidadari Nawangwulan.
Akad Nikah
Adalah acara inti pernikahan, Akad Nikah, diawali dengan penjemputan calon mempelai pria di Bangsal Kasatriyan. Prosesi berlangsung di Masjid Panepen, dihadiri oleh kaum laki-laki, dengan Sultan sebagai penikah. Setelah ijab qobul, mempelai pria menyungkem kepada Sultan.
Panggih
Upacara panggih adalah pertemuan resmi pasangan setelah Akad Nikah. Dilakukan di Tratag Bangsal Kencana, melibatkan lemparan daun sirih, pembasuhan kaki, dan pemecahan telur sebagai simbol penghormatan dan perjumpaan di hadapan keluarga dan tamu undangan. Prosesi Pondongan di depan seluruh keluarga menghormati kedudukan mempelai wanita sebagai putri Sultan.
Tampa Kaya
Usai panggih, upacara tampa kaya dilaksanakan di Gedhong Purwarukmi, Kasatriyan. Mempelai pria menuangkan uang logam dan biji-bijian sebagai simbol tanggung jawab suami memberikan nafkah dan kesejahteraan pada istri.
Dhahar Klimah
Prosesi dhahar klimah di serambi belakang Kasatriyan adalah perjamuan kedua mempelai pengantin. Mempelai pria mengepal nasi dan lauk pauknya tiga buah, yang diberikan kepada mempelai wanita.
Kirab
Kirab dimulai dengan iring-iringan pengantin dari Keraton Yogyakarta ke Kepatihan, menciptakan momen spektakuler. Dahulu, mempelai pengantin dikirab dengan tandu dan kuda mengitari benteng keraton.
Resepsi
Di Kepatihan, resepsi dhaup ageng ditandai oleh tarian adat Kraton Yogyakarta, seperti Beksan Bedaya Manten dan Lawung Ageng. Menampilkan perjalanan mempelai menuju gerbang rumah tangga.
Pamitan
Setelah resepsi, mempelai pengantin melakukan prosesi pamitan, penutup rangkaian pernikahan. Dahulu dikenal sebagai Upacara Jangan Menir, mempelai memakai busana khusus dan memohon pamit sebelum meninggalkan keraton untuk membina rumah tangga baru.
Selain apa itu dhaup ageng, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…