Cegah Pendaki Nakal yang Menginap di Gunung Fuji, Pemerintah Akan Kenakan Tarif Tambahan

ERA.id - Pendaki yang ingin mendaki Gunung Fuji di Jepang akan dikenakan tarif sebesar 2.000 yen atau sekitar Rp213 ribu. Tarif ini akan diberlakukan mulai Juli mendatang saat musim pendakian dibuka.

Gubernur prefektur Yamanashi Kataro Nagasaki mengatakan biaya itu dikenakan ke pengunjung di jalur gunung yang paling sering digunakan untuk mengurangi penumpukan. Hal itu juga bertujuan untuk mendanai langkah-langkah keselamatan para pendaki.

"Biaya tersebut diterapkan di jalur gunung yang paling sering digunakan untuk mengurangi kemacetan dan mendanai langkah-langkah keselamatan," kata Kotaro Nagasak, dikutip Japan Times, Jumat (2/2/2024).

Langkah ini dilakukan di tengah meningkatnya kekhawatiran atas praktik pendakian yang tidak aman seperti "panjat peluru", atau upaya mencapai puncak tertinggi di Jepang untuk menikmati matahari terbit sekaligus tanpa tidur semalaman di gunung tersebut.

Selain itu, masalah yang sering terjadi di Gunung Fuji ialah wisatawan ataupun pendaki yang memakai pakaian terlalu tipis saat mendaki, serta tumpukan sampah yang muncul di sepanjang jalur pendakian.

Laporan tersebut mengatakan bahwa biaya itu akan dipungut di gerbang yang akan dipasang di stasiun ke-5 Jalur Yoshida di sisi gunung Prefektur Yamanashi, yang dapat diakses dengan bus dan taksi. Jalur pegunungan sepanjang 3.776 meter ini dibagi menjadi 10 tahap, dengan puncaknya ditandai dengan stasiun ke-10.

"Pendapatan akan digunakan untuk menerapkan langkah-langkah mencegah pendakian peluru dan membangun tempat berlindung jika Gunung Fuji, gunung berapi aktif, meletus," ujarnya.

Biaya terbaru ini merupakan biaya terpisah dari 1.000 yen (Rp106 ribu) yang harus dibayarkan oleh pendaki Gunung Fuji secara sukarela atas nama mendukung pemeliharaan gunung tersebut, yang ditetapkan sebagai situs Warisan Budaya Dunia UNESCO pada tahun 2013.

"Pemerintah daerah Yamanashi berencana mengajukan usulan biaya tersebut ke majelis prefektur bulan ini," kata sumber tersebut.

Di sisi lain, Prefektur Shizuoka, yang memiliki tiga jalur, mengatakan tidak berencana memungut biaya selain yang saat ini dipungut untuk tujuan konservasi.

Gunung Fuji terletak di wilayah Yamanashi dan Shizuoka tengah Jepang dan titik awal bagi para pendaki adalah sekitar dua jam dari pusat kota Tokyo dengan kereta api.

Gunung berapi terkenal di Jepang yang tertutup salju di luar Tokyo biasanya dibuka untuk pendaki dari bulan Juli hingga September, menarik ratusan ribu orang yang sering melakukan perjalanan sepanjang malam untuk melihat matahari terbit.

Pada bulan Agustus, pemerintah prefektur Yamanashi mengatakan akan membatasi jumlah pendaki di Jalur Yoshida jika kepadatan yang berlebihan menimbulkan bahaya. Namun sejauh ini tidak ada pembatasan yang diberlakukan.

Pada bulan Desember, dikatakan akan menutup jalur antara jam 4 sore dan pukul 02.00 selama musim pendakian tahun ini. Penutupan itu dilakukan antara 1 Juli dan 10 September bagi para pendaki selain mereka yang telah melakukan reservasi sebelumnya untuk menginap di pondok, untuk mencegah pendakian akibat peluru.

Pihaknya juga akan membatasi jumlah pendaki menjadi 4.000 orang per hari. Beberapa orang yang mendaki pada malam hari "mengalami hipotermia dan harus dibawa kembali ke pusat pertolongan pertama", kata seorang pejabat setempat kepada AFP pada tahun 2023.

Setidaknya satu orang meninggal saat mendaki gunung setinggi 3.776 m itu tahun lalu.