Tolak Gencatan Senjata dengan Hamas, Netanyahu Yakin Israel Menang: Sudah Dekat!

ERA.id - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak proposal gencatan senjata Hamas di Gaza. Netanyahu menegaskan bahwa Israel sudah berada di ujung kemenangan atas Hamas.

“Kami berada di jalur menuju kemenangan total. Kemenangan sudah dekat. Hanya kemenangan total yang akan memungkinkan kita memulihkan keamanan di Israel, baik di utara maupun di selatan," katanya selama konferensi pers, dikutip Reuters, Kamis (8/2/2024).

Penolakan itu terjadi tepat sehari setelah Hamas mengajukan proposal kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Hal itu juga sudah disampaikan Hamas pekan lalu oleh mediator Qatar dan Mesir.

Dalam penawaran di proposal tersebut, Hamas menawarkan gencatan senjata di Gaza selama empat setengah bulan, di mana semua sandera akan dibebaskan, Israel akan menarik pasukannya dari Jalur Gaza dan kesepakatan akan dicapai untuk mengakhiri perang.

Dengan membuka jalan bagi kembalinya 136 sandera yang menurut Israel masih ditahan di Gaza, tawaran tersebut memenuhi salah satu tujuan perang yang dinyatakan Israel. Namun, hal ini juga menantang janji utama Israel untuk terus berperang hingga Hamas hancur.

"Sehari setelahnya adalah hari setelah Hamas. Seluruh Hamas," kata Netanyahu dalam konferensi pers, seraya mengatakan militer Israel telah membunuh atau melukai lebih dari separuh angkatan bersenjata Hamas dalam empat bulan perang.

Netanyahu berada di bawah tekanan dari anggota sayap kanan pemerintahan koalisinya, yang mengatakan mereka akan mundur daripada mendukung kesepakatan apa pun yang gagal memberantas Hamas, dan dari keluarga sandera yang menuntut kesepakatan untuk memulangkan mereka.

Serangan udara dan darat Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 27.500 warga Palestina, membuat sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza menjadi pengungsi dan menjerumuskan daerah kantong pantai yang diblokade itu ke dalam bencana kemanusiaan, yang memicu tuduhan genosida, yang dibantah oleh Israel, di Mahkamah Internasional.

Perang ini dipicu oleh serangan pimpinan Hamas terhadap kota-kota dan pangkalan militer Israel selatan pada 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 orang dan 253 orang disandera.

Selama satu-satunya gencatan senjata sejauh ini, yang berlangsung seminggu pada akhir November, 110 sandera Israel dan asing dibebaskan dengan imbalan 240 warga Palestina yang ditahan Israel.