Romahurmuziy Ungkap 2 Modus Loloskan PSI ke Parlemen, Termasuk Curi Suara Parpol lain
ERA.id - Ketua Majelis Pertimbangan PPP Romahurmuziy alias Rommy mengungkapkan dua modus untuk meloloskan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ke Parlemen. Salah satunya dengan mencuri suara partai politik lain.
Hal itu dibeberkan lantaran perolehan suara PSI yang terekam dalam Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) milik Komisi Pemilu Umum (KPU) RI naik signifikan dalam beberapa hari terakhir.
"Belakangan setelah coblosan, kami mendapat informasi ada upaya pelolosan PSI, dengan dua modus," kata Rommy dikutip dari keterangan tertulisnya, Minggu (3/3/2024).
"Memindahkan suara partai yang jauh lebih kecil, yang jauh dari parliamentary threshold kepada coblos gambar partai tersebut, atau memindahkan suara tidak sah menjadi coblos gambar partai tersebut," ungkapnya.
Dia mengaku, kabar meloloskan PSI ke Senayan bukan baru didengarnya setelah hari pencoblosan pada 14 Februari 2024 lalu. Melainkan sebelum pemilihan umum (pemilu) dimulai.
Upaya meloloskan PSI itu dilakukan oleh aparat keamanan dengan menggelar operasi khusus. Mereka menargetkan penyelenggara pemilu daerah memperoleh 50 ribu suara di tiap kabupaten/kota di Pulau Jawa, dan 20 ribu suara di luar Jawa untuk partai yang dipimpin putra bungsu Presiden Joko Widodo, yaitu Kaesang Pangarep.
"Ini dilakukan dengan menggunakan dan membiayai jejaring ormas kepemudaan tertentu yang pernah dipimpin salah seorang menteri, untuk mobilisasi suara PSI coblos gambar," kata Rommy.
Namun, dalam perjalanannya, operasi itu gagal. Sebab, hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei menunjukan bahwa PSI suaranya berada di bawah ambang batas parlemen, yaitu di angka dua persen.
Belakangan, keganjilan perolehan suara PSI yang terekam dalam Sirekap pun terendus oleh sejumlah surveyor.
Misalnya, dalam Sirekap, terdapat input data dari 110 tempat pemungutan suara (TPS) yang menyumbang sekitar 19 ribu suara. Artinya, tiap TPS menyumbang 173 suara.
Angka itu dinilai tidak masuk akal jika diasumsikan pemilih PSI sama seperti pada Pemilu 2019, maka tiap TPS hanya 81,69 persen dari 300 suara, atau 245 suara per TPS.
"Sebuah angka yang sangat tidak masuk akal mengingat PSI sebagai partai baru yang tanpa infrastruktur mengakar dan kebanyakan caleg RI-nya saya monitor minim sosialisasi ke pemilih," kata Rommy.
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie meminta semua pihak tak menyampaikan pernyataan yang tendensius menyikapi rekapitulasi suara KPU.
"Penambahan termasuk pengurangan suara selama proses rekapitulasi adalah hal wajar. Yang tidak wajar adalah apabila ada pihak-pihak yang mencoba menggiring opini dengan mempertanyakan hal tersebut,” kata Grace dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (2/3).
Dia menambahkan, wajar saja apabila ada kenaikan suara untuk PSI. Sebab KPU RI masih memproses penghitungan suara.
Terlebih, masih ada lebih dari 70 juta suara yang belum dihitung, khususnya di basis pemilih Presiden Joko Widodo yang diklaim menjadi basis suara PSI.
Oleh karenanya, dia menegaskan agar semua pihak bersikap adil dan proporsional. Jangan sampai menggiring opini yang menyesatkan publik.
"Kita tunggu saja hasil perhitungan akhir KPU. Jangan menggiring opini yang menyesatkan publik,” pungkas Grace.