Jenis-jenis Plagiarisme dan Tips Menghasilkan Karya Ilmiah Orisinal
ERA.id - Plagiarisme adalah perbuatan meniru dan mencomot karya orang lain tanpa atribusi yang tepat yang bisa terjadi. Terdapat jenis-jenis plagiasi yang telah mencoreng nilai kejujuran dan etika dalam dunia akademis.
Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai jenis plagiarisme, mulai dari yang paling umum hingga yang tersembunyi.
Jenis-jenis Plagiarisme
Pakar bahasa, Ivan Lanin melalui akun Mediumnya membagi plagiasi menjadi tiga jenis yaitu plagiarisme disengaja, tidak disengaja, dan samar.
Plagiasi Sengaja
Plagiarisme disengaja terdiri dari tiga bentuk utama, yaitu penulis bayangan, salin tempel, dan swaplagiarisme.
Penulis bayangan, atau ghost writer, terjadi ketika penulis tidak membuat karya ilmiah sendiri dan seringkali melibatkan orang lain atau biro jasa penulisan.
Kemudian, salin tempel, atau copy paste, terjadi saat penulis mengambil tulisan orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, tanpa memberikan pengakuan atau izin, dengan tingkat usaha yang minim.
Terakhir swaplagiarisme melibatkan penggunaan kembali tulisan sendiri untuk tujuan baru, terkadang dengan anggapan bahwa itu merupakan karya baru, bahkan ketika diserahkan ke jurnal atau penerbit yang berbeda.
Plagiasi yang Tidak Disengaja
Plagiarisme tidak sengaja muncul karena dua alasan utama, yakni plagiarisme agregator dan nirbatas. Plagiarisme aggregator terjadi ketika sebuah tulisan terlalu banyak menggunakan kutipan atau mengutip dari satu sumber dan mengurangi orisinalitasnya.
Plagiarisme nirbatas, di sisi lain, terkait dengan teknik pengutipan yang buruk, seperti ketidaksesuaian kutipan langsung atau parafrasa dengan aturan yang berlaku.
Plagiasi Samar
Terakhir adalah plagiarisme samar yang disebabkan oleh mutu sumber dan cara penulisan sitasi serta bibliografi.
Sumber yang terbatas atau sumber sekunder yang memberikan informasi terbatas dapat mengurangi mutu rujukan.
Selain itu, penulisan sitasi dan bibliografi yang tidak konsisten, tidak lengkap, atau memiliki kesalahan dapat menjadi sumber masalah, termasuk kesalahan dalam mencantumkan pengarang atau tahun.
Maka dari itu, kesamaan jumlah sumber sitasi dalam teks dan jumlah sumber bibliografi juga perlu diperhatikan untuk memastikan kepatuhan terhadap gaya yang dipilih.
Tips Menghindari Plagiarisme dan Menghasilkan Karya Ilmiah Orisinal
Ada dua cara dalam menghindari kasus plagiarisme yakni parafrase dan sitasi, berikut ini penjabarannya:
Parafrase
Parafrasing adalah menyebutkan kembali informasi dari sumber lain dengan kata-kata kita sendiri. Tak hanya ide utama, detail relevan pun perlu diparafrase untuk memperkuat argumen dalam karya.
Lebih dari sekadar mengubah kata per kata, parafrase menyusun ulang struktur kalimat dari sumber asli. Hasilnya adalah penyimpulan tanpa tanda kutip, yang mencerminkan pemahaman mendalam penulis terhadap sumber.
Sitasi
Setiap gagasan atau tulisan orang lain yang digunakan dalam karya, harus dicantumkan sumbernya melalui sitasi. Bila perlu, kutipan langsung dapat ditandai dengan tanda petik.
American Psychological Association (APA) merumuskan aturan sitasi yang jelas. Untuk buku teks, batas maksimal kutipan adalah 250 kata, sedangkan untuk artikel jurnal, batasnya 5% dari panjang tulisan.
Mencantumkan sumber dari mana kutipan atau parafrase diperoleh, menjadi langkah krusial dalam menyelesaikan proses sitasi. Hal ini menunjukkan kejujuran dan penghargaan penulis terhadap karya orang lain.
Dengan demikian, teknik parafrase serta sitasi dengan tepat merupakan kunci utama dalam menghindari plagiarisme. Dengan menjunjung tinggi integritas dan nilai orisinalitas, karya ilmiah akan terhindar dari jebakan plagiarisme dan berkontribusi dalam dunia akademis yang sehat dan beretika.
Selain jenis-jenis plagiarisme, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…