Cuaca Panas, Kenali Tanda-Tanda Dehidrasi yang Perlu Diwaspadai
ERA.id - Cuaca panas tengah melanda Indonesia dalam beberapa pekan terakhir. Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit (RS) Sardjito, Metalia Puspitasari, mengatakankita perlu mewaspadai gangguan kesehatan akibat cuaca panas, salah satunya dehidrasi.
Dia mengatakan, ada sejumlah tanda dehidrasi yang perlu diperhatikan dan paling sederhana adalah frekuensi dan jumlah urine.
Metalia menyebutkan kehausan yang timbul dari dehidrasi merupakan sinyal dari tubuh untuk mengatasi kekurangan cairan.
"Rasa haus itu yang sebaiknya jangan disepelekan, karena kalau misalnya rasa haus itu kemudian tidak diimbangi dengan minum yang cukup, maka akan terjadi ketidakseimbangan di dalam tubuh yang kemudian bisa semakin parah," ujarnya, seperti dikutip Antara.
Dia menjelaskan tanda-tanda dehidrasi atau kekurangan cairan yang paling sederhana adalah dari jumlah serta frekuensi mengeluarkan urine. Menurutnya, secara umum berkemih dilakukan kurang lebih setengah jam setelah minum.
"Mungkin secara umum kita bisa pakai patokan jumlah minum 24 jam itu sekitar 30 cc per kilogram berat badan. Jadi misalnya berat badannya sekitar 50 kilo, maka kita bisa pakai patokan sekitar 30 cc dikali 50 kilo, jadi sekitar 1.500 cc per 24 jam gitu," katanya.
Tanda kedua adalah warna urine.
"Kalau kekurangan cairan ya warnanya akan menjadi lebih pekat kuningnya. Sedangkan kalau misalnya dehidrasinya bagus, maka kemudian warnanya bisa bening gitu ya warnanya," kata Metalia.
Apabila dehidrasi mencapai tingkat berat, ujarnya, hal tersebut dapat menyebabkan gangguan hemodinamika. Contohnya peningkatan denyut nadi dan tensi yang turun.
Selain itu, kata dia, dehidrasi dapat menyebabkan air mata tidak dapat keluar.
Pada anak-anak, lanjutnya, dehidrasi berat dapat menyebabkan turgor kulit atau elastisitas kulit yang berkurang. Ketika kulit ditarik, kata dia, maka sulit kembali ke bentuk aslinya.
Dia menjelaskan risiko yang dapat terjadi apabila dehidrasi adalah gangguan pada keseimbangan cairan serta elektrolit dalam tubuh, yang menyebabkan natrium menjadi rendah serta penurunan kesadaran.
"Ini juga ada risiko kemudian bisa muncul adanya batu ginjal," katanya. (Ant)