Seminggu Jabat Presiden Taiwan, Lai Ching-te Berharap Bisa Kerja Sama dengan China

ERA.id - Presiden baru Taiwan Lai Ching-te membuka kemungkinan untuk menjalin kerja sama dengan China. Lai mengatakan Taiwan dan China bisa bersama-sama memikul tanggung jawab penting atas stabilitas regional.

"Saya juga berharap dapat meningkatkan saling pengertian dan rekonsiliasi melalui pertukaran dan kerja sama dengan Tiongkok dan bergerak menuju posisi damai dan kemakmuran bersama,” katanya, dikutip AFP, Senin (27/5/2024).

Komunikasi antara Tiongkok dan Taiwan terputus pada tahun 2016 setelah mantan presiden Tsai Ing-wen menjabat, berjanji untuk membela kedaulatan Taiwan.

Lai, yang berasal dari Partai Progresif Demokratik (DPP), telah berjanji untuk mempertahankan kebijakan Tsai dalam membangun kemampuan pertahanan Taiwan, sambil tetap terbuka untuk berdialog dengan Tiongkok dan memperkuat hubungan dengan mitra Taiwan khususnya Amerika Serikat.

Namun China mengatakan pidato pengukuhan Lai pada hari Senin sama dengan seruan kemerdekaan, 'mendorong rekan-rekan kami di Taiwan ke dalam situasi perang dan bahaya yang berbahaya'.

“Setiap kali ‘kemerdekaan Taiwan’ memprovokasi kami, kami akan mendorong tindakan penanggulangan kami selangkah lebih maju, hingga reunifikasi penuh tanah air tercapai,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Wu Qian.

Wen-Ti Sung, seorang peneliti non-residen di Global China Hub di Dewan Atlantik, mengatakan bahwa Lai akan "berpegang teguh pada proyek penyelesaian" setelah interaksi pertama antara pemerintahannya dan Beijing.

“Namun, dia pasti akan berupaya memanfaatkan mitra dan teman internasional lainnya untuk membantu memfasilitasi lebih banyak komunikasi jalur belakang dengan Beijing,” kata Sung.

Sejak tahun 2016, Tiongkok telah meningkatkan tekanan militer dan politik terhadap Taiwan, dan kapal angkatan laut, drone, dan pesawat tempur Tiongkok mempertahankan kehadirannya hampir setiap hari di sekitar pulau tersebut.

Perselisihan ini telah lama menjadikan Selat Taiwan sebagai salah satu titik konflik paling berbahaya di dunia.

Tiga hari setelah Lai Ching-te dilantik, kapal perang dan jet tempur Tiongkok mengepung Taiwan dalam latihan yang menurut China merupakan ujian atas kemampuannya untuk merebut pulau itu.

Selama latihan dua hari tersebut, Tiongkok bersumpah bahwa "kekuatan kemerdekaan" akan dibiarkan "dengan kepala patah dan darah mengalir".

Amerika Serikat, yang secara diplomatis tidak mengakui Taiwan namun merupakan sekutu dan pemasok senjata terbesarnya, pada hari Sabtu mendesak Tiongkok untuk “bertindak dengan menahan diri”.