Mengenal Mom Shaming: Tindakan Negatif yang Sering Dijumpai

ERA.id - Menjadi seorang ibu tentu bukanlah sebuah peran yang mudah, terlebih bagi seorang ibu muda yang pertama kali melahirkan dan merawat anak. Pada kehamilan pertama, seorang ibu akan mengalami kondisi atau sindrom yang disebut dengan istilah baby blues.

Bagi sebagian orang yang tidak memahami kondisi psikis ini, akan meremehkan bahkan menyalahkan si ibu. Istilah ini disebut dengan mom shaming. Dalam artikel ini, kita akan mengenal mom shaming menurut ahli.

Baby blues sendiri adalah kondisi seorang ibu yang mengalami kesedihan dan kecemasan yang begitu kuat setelah melahirkan bayinya. Perasaan sedih ini dapat ditimbulkan oleh banyak hal, sebagai contoh takut atau cemas akan kegagalan dalam merawat bayi, kelelahan saat merawat bayi, hingga depresi yang disebabkan oleh komentar miring orang-orang tentang kondisi ibu ataupun bayi.

Mengenal Mom Shaming, Apa Itu?

Mom shaming merupakan sebuah tindakan dalam bentuk komentar yang bermaksud untuk mengkritik atau mempermalukan seorang ibu mengenai cara merawat dan membesarkan anaknya. Seseorang yang melakukan mom shaming umumnya merasa dirinya lebih menguasai pola asuh anak.

Dalam studi yang pernah dilakukan oleh Health Collaborative Center (HCC) dengan melibatkan 892 responden dari lintas generasi, dari usia 20 hingga 40 tahun dan dari berbagai latar belakang pendidikan, menyimpulkan bahwa mayoritas responden pernah menjadi korban mom shaming.

Studi yang dilakukan HCC menunjukkan, 72 persen ibu di Indonesia yang diwakili oleh para responden pernah mengalami mom shaming. Bahkan, 20 persen di antaranya merasa sering mendapatkan tindakan mom shaming.

Ilustrasi. (Unsplash/Alex Pasarelu)

Ironisnya, 50.6 persen ibu mengalami mom shaming dari orang-orang terdekat dan berada di sekitarnya atau bahkan anggota keluarga. Pada umumnya, mom shaming ini paling sering dialami oleh ibu dengan background pendidikan SD-SMA dan ibu rumah tangga.

"Aktor pelaku mom shaming berdasarkan hasil survei ini, menurut ibu responden, justru diterima dari lingkungan inti mereka, yaitu keluarga, kerabat, dan lingkungan tempat tinggal. Ini tentunya temuan yang perlu dikaji lebih sistematis, karena keluarga harusnya menjadi core support system yang melindungi ibu dari perlakuan mom shaming," ungkap Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, Peneliti Utama dan Ketua HCC.

Apa Dampak dari Mom Shaming?

Mom shaming tentu akan sangat berpengaruh terhadap mental ibu. Hal ini dibuktikan dengan data yang menyimpulkan bahwa, lebih dari 50 persen ibu terpaksa mengganti pola asuh dan parenting untuk mengikuti kritik dan cibiran dari pelaku mom shaming.

Hal tersebut terjadi karena korban merasa malu dengan pola asuh yang dianggap keliru oleh orang lain. Padahal, belum tentu pola asuh yang mereka sarankan sudah sesuai dengan rekomendasi dokter.

Adapun hanya ada 23 persen ibu responden yang mengaku berani melawan dan menghindar dari tindakan mom shaming. Di antara ibu yang berani melawan mom shaming adalah ibu yang memiliki jumlah anak lebih dari 1. Mereka lebih mempunyai pengalaman, keberanian, resisten, dan memahami bagaimana cara memperlakukan tindakan mom shaming.

Memang menjadi hal yang sangat disayangkan, sebab masih banyak masyarakat yang kurang menyadari bahwa tindakannya tergolong mom shaming. Selain itu, masih banyak para ibu yang belum memahami bagaimana menanggapi mom shaming yang mereka terima.

Padahal, mom shaming memberikan dampak yang sangat buruk bagi seorang ibu. Dampak mom shaming berisiko menyerang mental, fisik, hingga sosial.

Sedangkan secara mental, mom shaming akan menjadi faktor terbesar kemunculan sindrom baby blues pada seorang ibu. Lebih parahnya lagi, mom shaming akan menjadikan ibu merasa tidak nyaman hingga depresi.

Dalam Studi Kejadian dan Perspektif Perempuan Terhadap Fenomena Mom Shaming di Indonesia dijelaskan bahwa keluarga sudah semestinya menjadi support system sang ibu.

Masyarakat harus mengoptimalkan edukasi bahwa narasi kritik pengasuhan sudah semestinya berorientasi pada dukungan dan berbagi pengalaman, bukan mengkritik dengan cara yang tidak sehat.

Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…