Jusuf Kalla Analogikan Politik sama dengan Badminton
"Kini di Indonesia sering ribut di media, saling cerca dan kritik macam-macam. Politik itu, kalau musimnya pemilu seperti badminton. Kita dapat menang di badminton itu kalau smash masuk. Tapi kalau smash nyangkut keluar atau ke net, yang dapat poinnya lawan," tutur Jusuf Kalla di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Senin (10/11/2018).
Menurut Jusuf Kalla, saat ini para peserta Pemilu maupun politikus sering melempar isu. Jika isu yang dilempar tak sesuai dengan keinginan serta tujuan mereka, langsung dikritik habis. Tiap kritikan itu ia anggap sebagai poin.
"Ada partai yang menang karena bertahan. Nah ini juga bisa menyerang, terserah mau pilih mana kan. Tapi terlalu keras dia keras karena seperti itu. Menyerang terlalu keras bisa keluar, out. Yang dapat poinnya lawan," jelasnya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri acara Rapat Koordinasi Bawaslu. (Diah/era.id)
Oleh karena itu, dia menambahkan, mengingat dalam permainan badminton pasti membutuhkan wasit untuk menilai pelanggaran dalam permainan, maka dalam proses perlolitikan juga perlu ada lembaga pengawas yaitu Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
"Karena ada pelanggaran maka Bawaslu dibutuhkan. Begitu masuk bawaslu maka mereka mempunyai etika untuk berada di sisi independen dan mengawasi siapa yang salah dan mencari kebenaran," ucap politikus Partai Golkar ini.
Tapi dia juga meminta masyarakat, yang dia analogikan sebagai penonton, untuk mengawasi Bawaslu sebagai wasit. Tujuannya agar menjaga independensi sebagai lembaga pengawas dalam pemilihan umum.