Produk Beras Ragi Merah Jepang Makan Korban 80 Jiwa, Dua Bos Perusahaan Mundur dari Jabatan

ERA.id - Dua bos di perusahaan Jepang mengundurkan diri setelah 80 kematian terkait produk yang diproduksi oleh Kobayashi Pharmaceutical. Dua bos itu bertanggung jawab atas kematian akibat tablet beras ragi merah.

Presiden perusahaan Akihiro Kobayasi dan ketua Kazumasa Kobayasi mengundurkan diri dari jabatan mereka di perusahaan. Keduanya merupakan anggota keluarga pendiri perusahaan Kobayashi Pharmaceutical.

"Keputusan itu diambil untuk memperjelas tanggung jawab eksekutif atas serangkaian tindakan perusahaan kami terkait masalah 'beni koji'," kata Kobayashi Pharmaceutical, dikutip AFP, Selasa (23/7/2024).

Skandal tablet beras ragi merah ini muncul pada bulan Maret lalu setelah perusahaan asal Jepang itu menarik kembali tiga merek suplemen makanan setelah konsumen mengeluhkan masalah ginjal.

Perusahaan tersebut kemudian mengatakan bahwa mereka telah mendeteksi potensi asam beracun yang dihasilkan oleh jamur di salah satu pabriknya, dan pemerintah memeriksa fasilitas perusahaan tersebut.

Bulan lalu, perusahaan tersebut menyatakan sedang menyelidiki total 80 kematian yang mungkin terkait dengan pil yang mereka produksi, dan menyelidiki apakah ada organ lain selain ginjal yang mengalami kerusakan.

Namun saat itu pemerintah menyebut keterlambatan Kobayashi Pharmaceutical dalam melaporkan jumlah kasus yang sedang diselidiki sangat disesalkan.

Setelah Akihiro Kobayasi mundur sebagai presiden utama, perusahaan tersebut menunjuk Satoshi Yamane, yang sebelumnya menjabat sebagai kepala kebijakan keberlanjutan.

"Presiden yang akan habis masa jabatannya, Akihiro Kobayashi, yang telah menyatakan niatnya untuk bertanggung jawab atas segala kerugian yang ditimbulkan, akan tetap memegang peran eksekutif untuk mengelola masalah terkait kompensasi," kata perusahaan.

Suplemen beras ragi merah Kobayashi diatur berdasarkan sistem yang dibuat pada tahun 2015 di bawah pemerintahan mantan perdana menteri Shinzo Abe.

Beberapa pengawas dilaporkan telah menyatakan kekhawatirannya bahwa regulasi terhadap produk-produk ini tidak cukup ketat dan bahwa produk-produk tersebut tidak selalu memberikan efek seperti yang diiklankan.