Mengenal AI Washing yang Dipraktikkan Beberapa Perusahaan Hari Ini
ERA.id - Tentunya Anda sudah sering mendengar atau bahkan kerap pula menggunakan ChatGPT, salah satu layanan teknologi AI yang saat ini populer digunakan. Layanan AI ini dikembangkan oleh OpenAI dan termasuk kategori Generative AI, yaitu jenis kecerdasan buatan yang memiliki kemampuan dalam menghasilkan karya digital baru seperti teks, foto, musik, dan video.
Berdasarkan riset yang dilakukan pada tahun 2023 dari perusahaan software dan analisis data, Similarweb, ChatGPT berhasil mengundang 100 juta pengguna aktif hanya dalam waktu dua bulan setelah peluncuran pada bulan November 2022. Untuk konteks yang lebih luas, ChatGPT menjadi riak dalam gelombang AI.
AI mempunyai kelebihan yang terlihat jelas untuk terus berevolusi dengan lebih banyak data yang diproses, hal yang menjadi keunggulan melebihi kemampuan manusia. Google sendiri meluncurkan AI buatan yang bernama Bard AI.
Tim analis PwC, perusahaan layanan profesional multinasional, memperkirakan bahwa pada tahun 2030, AI mampu mendorong ekonomi global lebih dari $15 triliun, atau senilai dengan 222,8 triliun Rupiah.
Demam AI ini menjadikan para pelaku bisnis ikut menambahkan embel-embel AI pada produknya sebagai gimmick marketing, terlepas dari apakah teknologi mereka menggunakan AI atau tidak.
Mengenal AI Washing
Penggunaan jargon AI pada produk atau layanan yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan ini dilakukan untuk menarik pelanggan dengan menjadikannya terlihat lebih canggih sebab sudah “didukung oleh teknologi AI”, padahal bisa jadi produk/layanan tersebut hanya memanfaatkan sedikit teknologi AI, atau bahkan malah sama sekali tidak menggunakan. Praktek inilah yang selanjutnya disebut dengan “AI Washing”.
Misalnya, teknologi yang “menggunakan AI” ini hanya memanfaatkan algoritma standar yang masih tergolong ke dalam kategori AI, tetapi saat pemasarannya jargon AI ini yang justru akan banyak digembar-gemborkan tanpa mengungkapkan dengan transparan sejauh apa dan bagaimana penerapan AI pada produk tersebut.
Hal ini tentunya akan mengecoh bahkan menipu calon pelanggan yang merasa yakin bahwa mereka membeli produk yang lebih canggih dibanding kompetitor sejenis karena produk tersebut sudah memasang label AI. Menurut sebuah studi yang dilakukan terhadap 2.830 perusahaan startup di Eropa oleh konsultan MMC Ventures, 40% perusahaan yang menambahkan embel-embel “AI Startup” nyaris tidak memanfaatkan AI sama sekali.
AI Washing Semakin Meningkat
Menurut GlobalData, meskipun praktik AI washing ini dapat merusak reputasi industri AI karena menyebabkan kesalahpahaman tentang apa yang sebenarnya bisa dihasilkan dari AI, startup AI sudah meraup lebih dari $50 miliar, atau sekitar 743 miliar Rupiah, untuk pendanaan modal yang dilakukan pada tahun 2022 lalu, dan akan terus bertambah di tahun ini.
Sehingga tidak heran jika AI washing ini juga akan semakin bertambah. Selain itu, dalam lingkungan digital yang semakin kompleks ini, akan sulit bagi kita membedakan mana solusi AI yang benar-benar valid, dan mana yang hanya sekadar embel-embel gimmick marketing.
Perusahaan teknologi, termasuk yang menyediakan layanan cloud, yang tidak mengoptimalkan fungsi AI saat ini tidak dapat mengintegrasikan AI ke dalam teknologi mereka secara tiba-tiba. Tentunya diperlukan waktu panjang untuk mendapatkan cara terbaik agar AI dapat terintegrasi dengan baik ke dalam teknologi mereka sebelum benar-benar menghasilkan produk yang optimal.
Jika tetap dipaksakan, maka penggunaan AI hanya akan menghabiskan uang untuk mengikuti tren pasar yang sedang naik daun ini tanpa adanya peningkatan kualitas atau fungsi produk. Jika memang belum diperlukan, sebaiknya jangan dulu digunakan sebab hanya akan menambah beban kerja tim IT. Selain itu masih ada risiko, serta biaya yang akan membengkak.
Tips untuk Pelaku Bisnis
Tentunya penting bagi perusahaan-perusahaan tersebut untuk menjelaskan secara jelas dan terperinci terkait penggunaan AI dalam materi penjualan dan pemasaran mereka, serta memperlihatkan bagaimana produk mereka menyediakan keunggulan yang lebih daripada produk lainnya.
Alih-alih hanya menambahkan embel-embel logo AI di produk agar tidak ketinggalan tren, sebaiknya para pelaku bisnis menyusun strategi yang matang untuk menerapkan AI ke dalam teknologi yang ada, menambah skill staff terkait, dan menyediakan teknologi yang diperlukan agar produk AI yang dihasilkan benar-benar meningkatkan proses otomatisasi, dan menjadi solusi atau jawaban dari tantangan yang ada di dunia digital.
Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…