Soal Ketegangan di Timur Tengah, Para Menteri G7: Kami Mendesak Semua Pihak Menahan Diri
ERA.id - Para menteri luar negeri dari negara-negara demokrasi utama Kelompok Tujuh (G7) menyerukan kekhawatiran atas meingkatnya ketegangan di Timur Tengah. Para menteri khawatir peningkatan itu bisa memicu konflik di kawasan tersebut.
Para menteri luar negeri Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, AS, dan Perwakilan Tinggi Uni Eropa dalam sebuah pernyataan menyatakan kekhawatiran mendalam atas meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Mereka mendesak semua pihak untuk menahan diri yang bisa memperburuk situasi.
"Kami mendesak semua pihak yang terlibat sekali lagi untuk menahan diri dari meneruskan siklus kekerasan pembalasan yang merusak saat ini, untuk menurunkan ketegangan dan terlibat secara konstruktif menuju de-eskalasi," kata kelompok G7 itu, dikutip laman resminya, Senin (5/8/2024).
"Tidak ada negara atau bangsa yang akan memperoleh keuntungan dari eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah," sambungnya.
Sebelumnya, para menteri berpartisipasi dalam pertemuan konferensi video yang diketuai oleh Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani.
Ketegangan di Timur Tengah meningkat antara kelompok Hizbullah Lebanon dan Israel sejak Tel Aviv membunuh komandan militer senior kelompok itu, Fuad Shukr, dalam serangan udara di pinggiran selatan ibu kota Beirut pada 30 Juli.
Pimpinan politik Hamas Ismail Haniyeh juga dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, pada hari berikutnya dalam serangan yang dituduhkan kepada Israel. Israel belum mengonfirmasi atau membantah bertanggung jawab atas serangan itu.
Namun Hamas dan Iran telah berjanji untuk membalas pembunuhan Haniyeh, sementara Hizbullah telah berjanji untuk menanggapi pembunuhan Shukr.