Walau ASI Eksklusif Bisa Tekan Hormon Kesuburan, Alasan Ibu Menyusui Tetap Dianjurkan KB
ERA.id - Para ibu yang menyusui anaknya secara eksklusif selama 0-6 bulan selain mencegah anak stunting juga bisa menekan hormon kesuburan.
Hal ini disampaikan Kepala BKKBN, dokter Hasto, saat ia membuka acara Kelas Tim Pendamping Keluarga yang Handal, Berempati dan Bersahabat (TPK Hebat) Seri III Tahun 2024 secara daring melalui aplikasi zoom meeting dan disiarkan langsung di akun Youtube BKKBNOfficial, belum lama ini.
Namun menurut dokter Hasto, ibu menyusui pun tetap dianjurkan untuk tetap menggunakan alat kontrasepsi. “KB pasca persalinan itu penting sekali. Hati-hati ibu bapak kalau tidak sering menyusui secara eksklusif aktif, itu sering mudah hamil. Jadi salah satu kepentingan menyusui itu adalah mencegah kehamilan,” tuturnya.
Ia menyebutkan bila air susu produktif maka akan menekan hormon kesuburan. Follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang dikeluarkan oleh otak akan ditekan oleh hormon yang keluar ketika menyusui yaitu hormon oksitosin dan prolaktin.
“Sehingga ketika ibu-ibu menyusui insya Allah dia tidak subur. Tapi ingat, yang menyusuinya tidak sukses, kadang-kadang/tidak frekuen, tidak sering sekali, sering kebobolan, ini subur. Ibu-ibu yang baru melahirkan ini kan sering ada yang nanti ajalah KB-nya. Maka, hati-hati meskipun menyusui, KB-lah, misalnya pakai kondom. Atau sekarang ada suntik dan pil KB yang tidak mengurangi air susu. Kemudian ada susuk yang bisa langsung dipasang setelah melahirkan. Semuanya bisa gratis," jelas dokter Hasto.
Dokter Hasto juga menyebutkan, menyusui harus rutin. Teorinya, semakin sering menyusui produksi ASI akan bagus. Hendaknya juga saat menyusui dilakukan bergantian dari payudara kanan dan kiri. Bila hanya satu payudara kiri saja atau kanan saja, cara ini akan merangsang radang atau infeksi karena air susu pada payudara sisi lain tidak keluar dan tertampung terus.
“Ini tolonglah ibu-ibu. Jadi saya titip pada Tim Pendamping Keluarga (TPK) untuk selalu mendekati, mengonseling para ibu yang baru saja melahirkan untuk menyusui dengan sukses ASI eksklusif dan juga melakukan kontrasepsi,” terangnya.
● Intervensi Prioritas
Sementara itu, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan, Sekretariat Wakil Presiden, Dr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP dalam Keynote Speech nya pada acara tersebut juga menekankan pemberian ASI Eksklusif dan penggunaan KB Pasca Persalinan sebagai dua intervensi prioritas dalam upaya percepatan penurunan stunting.
“ASI eksklusif, pemberian ASI saja telah cukup memenuhi asupan gizi anak usia 0 - 6 bulan. Berdasarkan Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional), cakupan ASI eksklusif mengalami kenaikan dari 44,4% pada 2018 menjadi 73,97% pada 2023,” jelasnya.
Ia berharap cakupan pemberian ASI eksklusif bisa ditingkatkan menjadi di atas 90%. Menurutnya, juga pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) saat anak berusia 6 bulan ke atas perlu ditingkatkan.
Ia mengatakan, cakupan dan kualitas MPASI pangan lokal perlu ditingkatkan. Saat ini baru 59,3%. Diketahui, di lapangan petugas tidak menggunakan pangan lokal dan posyandu menjadi ajang pemasaran produk tertentu. "Perlu ada edukasi dan pengawasan dari petugas kesehatan,” tambahnya.
Suprayoga juga mendorong penggunaan KB Pasca Persalinan untuk mencegah kehamilan baru atau menjarangkan jarak antar kelahiran. Sehingga ibu dan ayah (orangtua) bisa fokus memenuhi kebutuhan gizi dan kebutuhan anak serta menjaga kesehatan diri.
Dalam paparannya, ia menyebutkan bahwa pengguna KB modern berdasarkan Susenas berada di angka 54%.
Ia juga berpesan pada para Tim Pendamping Keluarga untuk selalu berkomitmen bersama mengentaskan stunting dari tingkat pusat hingga tingkat desa/kelurahan. Tim Pendamping Keluarga juga perlu didukung dan dikuatkan kapasitasnya.
● Manfaat ASI bagi Ibu dan Bayi
Pada kesempatan yang sama, dalam paparannya, dr. Widya Dwi Astuti, Sp.OG dari Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada menyebutkan manfaat ASI untuk bayi dan ibu.
Bagi bayi, meminum ASI dapat mencegah infeksi telinga, diare dan keluhan pada pencernaan. ASI juga non alergenik; dapat mencegah asma; mencegah 'boneloss' di kehidupan selanjutnya; menurunkan risiko SIDS, diabetes dan obesitas.
Selain itu, memberikan bayi kekuatan tulang dan gigi yang lebih kuat; memberikan perkembangan otak yang lebih baik dan IQ yang lebih tinggi; memberikan kemungkinan tekanan darah dan kolesterol yang lebih rendah di kemudian hari.
Sedangkan bagi sang ibu, menyusui dapat mencegah kanker payudara dan kanker ovarium; mencegah depresi postpartum; menurunkan risiko kadar besi yang rendah.
“Membantu mengambalikan ukuran uterus; membantu menurunkan berat badan; menurunkan beban keuangan karena bayi lebih sehat, jarang sakit; dan memberikan kedekatan dengan ibu,” ucapnya.
Yusmiyati, S.Gz, RD dari Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada yang juga memberikan materi dalam acara ini menyebutkan pentingnya pemenuhan gizi seimbang bagi ibu menyusui.
“Pertama, semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi maka akan memenuhi kebutuhan gizi. Kedua, banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan, anjuran konsumsi sayur dan buah 400 gram sehari (250 gram sayur atau setara dua porsi sayur dan 150 gram buah atau setara tiga buah pisang ukuran sedang),” paparnya.
Ketiga, biasakan mengkonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi, anjuran konsumsi lauk hewani 2-4 porsi dan protein nabati 2- 4 porsi. Keempat, biasakan mengkonsumsi aneka ragam makanan pokok. Contoh sumber karbohidrat adalah beras, jagung, singkong, ubi, talas, garut, sorgum, jewawut, sagu.