Farewell Sandiaga Uno: Roadshow Desa Wisata, Mimpi Destinasi Wedding, dan Rencana Selepas Jadi Menteri

ERA.id - Dua bulan menjelang pemerintahan berganti, Sandiaga Salahuddin Uno masih tampak sibuk keliling sana-sini. Saat kami temui di restoran Nur Corner yang dikelola istrinya, Nur Asia Uno, Jumat (16/8/2024), ia baru saja pulang dari Labuan Bajo, menutup rangkaian Festival Golo Koe 2024 yang berlangsung di Pelabuhan Marina Waterfront.

Sandi datang dengan kemeja putih dan menenteng tablet kecil. Kami baru bertemu menjelang waktu asar, sebab paginya ia harus menghadiri Sidang Tahunan MPR/DPR 2024. Setelah bersalaman, ia segera mengabsen nama kami dan mencocokkan setiap nama di daftar kunjungan dengan wajah pemiliknya. Masih dengan suara khasnya yang agak serak, ia menyapa tamunya satu-satu.

“Nur Corner ini untuk showcase UMKM ekonomi kreatif,” ujarnya mengawali obrolan. “Mbak Nur yang memulai saat covid, sebelum saya ditunjuk jadi menteri.”

Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu lantas menjelaskan semua menu yang tersedia di sana adalah hasil UMKM. Ia dan istrinya hanya menyediakan lahan untuk mitra UMKM mereka mempromosikan dagangannya.

“Dari hasil keuntungannya ini kita putarkan untuk membina UMKM lebih banyak lagi,” sambungnya. “Buat teman-teman yang ada di Jakarta yang mau mampir bisa di Jalan Jenggala 2 Nomor 9 dekat Senopati.”

Sandiaga Uno terpilih sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) menggantikan Wishnutama tahun 2020 silam, menyusul Prabowo Subianto yang sudah lebih dulu bergabung ke kabinet sebagai Menteri Pertahanan sejak awal periode kedua Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dahulu, ia dan Prabowo sempat berpasangan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Namun, Jokowi sebagai incumbent masih tak tergantikan. Sandi pun belajar kekalahan pertamanya dalam kontestasi politik yang ia ikuti, setelah sebelumnya ia bersama Anies Rasyid Baswedan berhasil memenangkan Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017.

Berbeda dengan Anies yang tak masuk partai politik (parpol), Sandi memilih bergabung ke Partai Gerindra dan terus di sana usai Pilpres 2019. Namun, tahun lalu, ia memutuskan berpamitan dari partai besutan Prabowo itu demi bergabung dengan PPP. Harapannya, ia bisa maju lagi sebagai calon wakil presiden. Sandi pun segera ditunjuk sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PPP.

PPP bergabung dengan koalisi PDI Perjuangan. Sayangnya, Sandi tetap tak dipilih sebagai cawapres. Ganjar Pranowo justru dipasangkan dengan Mahfud MD. Dan pasangan itu kalah telak dalam Pilpres 2024. Ibarat pepatah “sudah jatuh ketiban tangga”, bukan saja jagoannya kalah, partai baru Sandi bahkan tak lolos ke Senayan karena tersandung ambang batas parlemen 4 persen.

Saat kami ngobrol pekan lalu, Sandi berkata waktunya di kabinet sisa delapan minggu pas. Namun, tak ada nada kecewa dalam suaranya. Ia berterima kasih kepada Presiden Jokowi yang sudah memberinya kesempatan bekerja mengurusi pariwisata Indonesia, dan meminta maaf kepada semua masyarakat untuk semua kekurangannya selama menjabat.

Apa saja yang ditinggalkan Sandi untuk pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia? Dan ke mana ia berlabuh selepas pensiun jadi menteri? Simak selengkapnya dalam wawancara kami.

Menparekraf, Sandiaga Uno (Era.id/Muslikhul Afif)

Kurang dua bulan lagi sebelum habis masa jabatan, katanya Bang Sandi mau keliling-keliling ke desa wisata?

"Iya, kita lagi gaspol ada 6.016 desa wisata, dan 50-nya masuk ke Anugerah Desa Wisata terbaik 2024 ini. Jadi sekarang kita lagi roadshow untuk berterima kasih kepada desa-desa wisata ini, mengapresiasi, maupun memotivasi sekaligus pamit karena farewell tanggal 20 (Oktober). Jadi namanya Farewell Tour nih. Tanggal 20 Oktober saya matur, saya ingin berterima kasih dan memberikan dedikasi kepada seluruh masyarakat pariwisata dan ekonomi kreatif kita yang berjuang bersama mengatasi pandemi dan memulihkan ekonomi."

Ini sudah berjalan atau baru agenda?

"Lagi muter nih, jadi besok misalnya kita 17-an ada beberapa menteri yang ditugaskan untuk ke daerah terdepan, tertinggal, terluar. Saya dapat tugas dan kebetulan salah satu yang paling terdepan di Provinsi DKJ (Daerah Khusus Jakarta) ini adalah Pulau Pramuka. Kebetulan ada desa wisatanya di sana."

"Desa Wisata Pulau Pramuka ini kita mau mengibarkan bendera di bawah laut. Jadi kita mau bukan hanya 3T, terluar, terdepan, tertinggal, tapi juga terdalam."

Ada rekomendasi tempat wisata bagus yang belum populer Bang?

"Banyak sekali pilihan, ada lima destinasi super prioritas seperti Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang. Ini yang sedang kita promosikan. Ada lagi tambah lima destinasi pariwisata prioritas seperti Belitung, Tanjung Lesung, Bromo Tengger Semeru, Wakatobi, Morotai, dan Raja Ampat."

"Kalau misalnya kita tidak mau jauh-jauh, tapi ternyata ada hidden gem di sekitar kita, ini saya merekomendasi desa-desa wisata yang ada di Jawa Barat, di Jawa Tengah, maupun Jawa Timur yang pernah memenangkan Anugerah Desa Wisata Indonesia."

Menparekraf, Sandiaga Uno (Era.id/Muslikhul Afif)

"Itu di Jawa Barat ada beberapa yang sangat epik ya, seperti Desa Wisata Ciwidey itu alam indah, atau yang di Subang di Desa Wisata Cisaat. Ada desa wisata enggak jauh dari kita, dekat-dekat saja di Kabupaten Bogor, misalnya Batulayang di dekat Cisarua. Ada desa wisata yang epik banget seperti di Bali, enggak usah ke Bali, itu ada di Majalengka, namanya Desa Bantaragung."

"Kalau di Pulau Jawa enggak mau jauh-jauh, semuanya bisa dijangkau dengan mobil itu, Desa Wisata Nglanggeran, itu di Kabupaten Gunung Kidul. Itu super epic karena memiliki gunung api purba dan juga ada gua-gua yang telah berhasil memikat para juri sehingga bisa memenangkan desa wisata terbaik dunia di tahun 2021.

Konsepnya desa wisata itu bagaimana sih?

"Jadi konsepnya desa wisata ini adalah desa-desa yang memiliki daya tarik wisata yang menawarkan paket-paket wisata yang dikelola oleh kelompok sadar wisata (Pokdarwis). Jadi ini yang terus diberikan SK oleh kabupaten atau kota dan dikembangkan dengan konsep pariwisata berbasis komunitas."

Ngomongin soal prestasi juga ya, pariwisata Indonesia itu menurut Travel Tourism Development Index masuk peringkat 22 dari 119 negara tahun 2024, peningkatan skor terbesar di Asia Pasifik. Kuncinya di mana Bang?

"Nah ini yang sangat kita syukuri dan kita apresiasi, sekaligus juga kita sangat banggakan bahwa kerja keras dan kolaborasi kita pasca pandemi telah membuahkan hasil. Yang menilai ini World Economic Forum, jadi dunia luar ya, bukan netizen, bukan kata influencer ini itu, tapi ini betul-betul melalui matriks yang sangat objektif."

"Bahwa kita di posisi 22 itu kan masuk 20 besar dunia dari 119 negara berarti kita di ASEAN ini nomor dua setelah Singapura, semakin jauh meninggalkan Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Di Asia ini kita nomor enam, kita ini hanya tertinggal dari Jepang, China, Australia, Korea, dan Singapura. Jadi kita sudah enam besar di Asia."

"Di dunia ini posisi kita di atas Turki, Belgia, dan Selandia Baru."

Bahkan di atas Turki juga ya?

"Iya, di atas Turki. Jadi kita berbondong-bondong ke Turki, padahal capaian kita sudah di atas Turki. Nah, ini tentunya kita melihat bahwa peluang kita ini meningkat karena kita memiliki keindahan alam, kekayaan budaya, dan juga keramahtamahan masyarakat kita."

"Kalau kita lihat kan pilar-pilar yang kita kuat ini adalah Indonesia yang indah menawarkan biasanya 3S, sun, sea, and sand. Sekarang ditambah 3S lagi: serenity, spirituality, dan sustainability."

Bagaimana Bang Sandi menilai pariwisata Indonesia setelah bertahun-tahun menjabat Menparekraf?

"Masih banyak PR. Kita bersyukur capaian-capaian kita, tapi kalau dilihat kan beberapa pilar penting itu perlu kita tingkatkan, misalnya penanganan sampah, SDM pariwisata yang belum terlatih sehingga akhirnya menawarkan produk-produk itu sistemnya bukan menghadirkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan, tapi malah ngegetok gitu. Jadi beberapa destinasi wisata melihat ini aji mumpung, wisatawan lagi naik, harganya juga ikut dikatrol sampai setinggi-tingginya."

"Ketiga adalah masalah berkaitan dengan pengelolaan di beberapa destinasi yang bisa memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, itu PR. Ketika harga tiket mahal, ini perlu dipikirkan juga. Tiket domestik ini karena permintaannya sangat tinggi, sementara jumlah penerbangan dan ketersediaan kursi terbatas."

"Jadi kita terus mendorong kolaborasi agar kita perkuat daya saing menambah jumlah penerbangan, meningkatkan ketersediaan kursi, sehingga harga tiket mudah-mudahan dalam dua bulan, di bulan Oktober, saat akhir tugas kita ini bisa turun sekitar 10 persen. Itu harapannya untuk tiket, saya yakin karena kan kita bergotong royong, kita berkolaborasi dengan para pelaku stakeholders."

"Termasuk desa-desa wisata ini pergerakan semakin meningkat mungkin dengan penambahan pesawat, harga tiket bisa semakin terjangkau, dan kita juga mendorong digitalisasi. Promosi melalui kolaborasi digitalisasi dengan beberapa pelaku seperti Jalanin, Aturin, Traveloka, tiket.com, ini terus kita giatkan."

"Dan gong terakhirnya nih yang saya harapkan nice farewell gift itu adalah bahwa kita bisa memberikan pariwisata yang berkualitas, berkelanjutan, dan terjangkau harganya buat masyarakat kita."

Menparekraf, Sandiaga Uno (Era.id/Muslikhul Afif)

Kalau soal masalah banyak turis asing yang menganggu seperti di Bali, bagaimana pendapat Bang Sandi?

"Pariwisata di Indonesia ini telah kita fokuskan kepada pariwisata berkualitas dan berkelanjutan. Jadi wisatawan yang kita undang ini juga yang memberikan dampak positif kepada ekonomi kita. Dan memang dari jumlah kita tertinggal dari Malaysia, Thailand, Vietnam, ini di atas kita jumlah kunjungan wisatawan, Singapura juga."

"Tapi kita kan sudah bilang bahwa fokus kita bukan kuantitas, tapi kualitas. Sehingga nanti wisatawan yang datang ke Indonesia ini bisa menciptakan lapangan kerja, bukan mengambil lapangan kerja warga lokal. Kita ingin perkuat daya saing global dengan meningkatkan kesadaran, dengan memberikan layanan kunjungan atau visa kunjungan kepada wisatawan yang betul-betul berkualitas dan justru tidak memberatkan."

"Nah, ini kebijakan jangka panjangnya. Kita juga sudah luncurkan Golden Visa dan kita harapkan pariwisata ini juga menggerakkan ekonomi kreatif, karena ekonomi kreatif kita kan potensinya sangat besar, sudah tiga besar dunia. Kalau pariwisata itu masih 20 besar dunia. Kalau ekonomi kreatif sudah tiga besar dunia dari segi kontribusi terhadap PDB kita."

"Ini yang kita harapkan nilai kontribusi pariwisata itu naik jadi 5 persen, dari sekarang 4 persenan, dan ekonomi kreatif ini naik ke sekitar 10-12 persen, sehingga total kombinasi dari pariwisata ekonomi kreatif ini 15-17 persen dari segi kontribusi terhadap ekonomi kita dan menciptakan 50 juta lapangan kerja."

"Satu lagi PR kita, risiko lingkungan. Karena begitu pariwisata meningkat, kalau kita enggak bisa menjaga, ini pasti akan ada beban terhadap lingkungan kita, kerusakan, bukan hanya sampah, tapi dengan perubahan iklim ini banyak risik dan potensi bencana yang harus kita hadapi."

Kalau UMKM kita itu sudah seberapa besar sih, Bang? Bagaimana perkembangannya dari lima tahun lalu?

"UMKM kita kontribusinya terhadap ekonomi naik terus. Sekarang sudah menuju ke 65 persen. Total jumlah UMKM-nya memang dari segi kuantitas sangat besar, 64 juta lebih. Tapi dari segi penciptaan lapangan kerja itu 97 persen. Nah, yang masih menjadi PR adalah kontribusinya terhadap ekspor masih rendah, masih di bawah 20 persen."

"Success story kita adalah bagaimana ekspor ekonomi kreatif kita tumbuh, yang tadinya di 2020 di bawah 20 miliar dolar, sekarang mendekati 28 miliar dolar di tahun 2024, ditopang oleh UMKM di bidang fashion."

"Success story-nya ini adalah bagaimana fashion, kriya, yang selama ini menjadi penopang itu bisa menembus pasar-pasar yang sangat spesifik ya, seperti pasar Jepang. Ini ada UMKM kita, produknya rumah tangga, produk kriya alat-alat rumah tangga dari kayu, namanya Home Leaf."

"Ini bisa menembus pasar Jepang berkat Program Apresiasi Kreasi Indonesia atau AKI 2022 yang kami gagas, sehingga akhirnya ekonomi kreatif kita bukan hanya bisa menjual produk-produk kuliner, fashion, kriya, maupun produk ekonomi kreatif lainnya, tapi juga ikut membantu promosi pariwisata kita."

"Tahun ini kita menyasar 143 juta di target atas. Saya sangat optimis ini bisa tercapai karena kita terus membidik wisatawan-wisatawan yang berkualitas untuk kita promosikan pariwisata Indonesia yang memiliki value yang tinggi. Karena kalau dibanding dengan negara-negara ASEAN lain, spending dari wisatawan ke Indonesia itu hampir 50 persen lebih tinggi daripada spending wisatawan yang ke Malaysia, Thailand, dan Vietnam."

"Yang berikutnya adalah kegiatan-kegiatan untuk mendorong pasar-pasar baru nih, India misalnya. Sebelum pandemi India enggak masuk lima besar, sekarang masuk lima besar karena India ini ekonominya bertumbuh, kelas menengahnya juga pendapatannya bertambah. Nah, ini yang akan kita dorong. Produknya apa? Destination wedding."

Mereka senang menikah di Bali karena ternyata jauh lebih menyenangkan, harganya lebih terjangkau dibanding dia menyelenggarakan pernikahan dari keluarga tersebut di India sendiri. Jadi, kita harus jeli melihat beberapa peluang-peluang yang tadinya tidak terpikirkan

Ternyata banyak orang luar yang tertarik menikah di Indonesia ya?

"Iya. Jadi nanti yang di South Asia Travel and Tourism Exchange maupun World Travel Market ini yang kita tawarkan adalah wedding destination. Awalnya di Bali, karena magnetnya di Bali, tapi sekarang mulai ada permintaan juga di luar Bali, di Labuan Bajo, di Borobudur."

"Ini kita kembangkan karena kita punya kesiapan produknya. Produknya kita siap, SDM kita sudah, juga ekosistem produk destinasi wedding itu sudah bisa kita siapkan. Dan ini insya Allah kuliner akan terdampak, fotografi, videografi, fashion-nya juga."

Pertanyaan pribadi Bang, apa kuncinya bisa kelihatan bugar dan prima di usia 55 tahun? 

"Banyak bersyukur. Kalau kita bersyukur, insya Allah ditambah nikmatnya. Olahraga rutin, istirahat yang cukup, sama makan yang bernutrisi. Itu sangat dianjurkan. Untuk mencapai tingkat kesehatan lebih tinggi itu bergaya hidup sehat itu sangat penting. Jadi promotif preventif. Itu yang saya dorong dan jika kita beristirahat cukup, kita berolahraga rutin, dan juga kita makan yang bergizi bernutrisi, insya Allah kita sehat dan banyak bersyukur."

"Syukur dan sabar. Jadi kalau ada yang lebih sukses dari kita, lebih sehat dari kita, sabar dulu. Tapi kalau kita sudah mencapai sebuah prestasi ya harus rajin bersyukur."

Selesai masa jabatan nanti, bagaimana Bang Sandi mengandaikan masa tua yang indah?

"Melihat bahwa ya dari di sekitar saya aja, ibu saya tuh umurnya 83 masih aktif, dia masih buat konten seminggu tiga kali karena dia guru kan, dia mengajarkan etika dan etiket. Jadi kuncinya itu Pak Habibie bilang seperti naik sepeda, hidup ini jangan pernah berhenti mengayuh. Kalau berhenti mengayuh nanti jatuh."

"Jadi saya gak kepikir tuh pensiun, tapi mungkin selesai tugas dari kementerian kan berkontribusi bisa di ranah mana aja. Bisa di dunia usaha, saya pernah membangun usaha, dari hanya tiga orang karyawan jadi 30 ribu karyawan. Saya tinggalkan waktu saya masuk ke pemerintahan."

"Setelah pemerintahan, mungkin saya bisa terus berkontribusi untuk menjadi mentor bagi para entrepreneur-enterpreneur muda. Saya bisa membantu mereka mencapai cita-cita. Jadi kelihatan sih saya sangat excited nih mau selesai tugas di bulan Oktober."

"Saya sangat syukuri dan berterima kasih ke Pak Jokowi dan masyarakat parekraf karena saya diberikan kepercayaan amanah, dan kalau ada pasti kekurangan atau alpa di sana-sini saya mohon maaf."

Apa harapan Bang Sandi terhadap bangsa Indonesia di usianya ke-79 tahun?

"79 tahun merdeka, kita mesti kembali kepada tujuan kemerdekaan. Itu ada empat tujuan utama, salah satunya memajukan kesejahteraan umum. Saya ingin bahwa kita itu betul-betul bisa menghadirkan kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia, terutama dari dua hal."

"Satu, penciptaan lapangan kerja. Karena kalau saya keliling ke mana-mana, anak-anak muda menyampaikan ke saya nyari kerja susah, susah banget. Jadi saya ingin berkontribusi untuk menciptakan lapangan kerja yang luas."

"Nomor dua, saya sering ketemu emak-emak, perempuan-perempuan hebat ini selalu mengeluh harga-harga bahan pokok mahal, biaya pendidikan tinggi, biaya kesehatan melambung. Nah kita ingin agar kebijakan kita ke depan itu menjaga agar daya beli masyarakat, harga-harga ini semua terjangkau. Itu mungkin yang menjadi harapan sekaligus medan perjuangan kita."

>