Cara Memilih Stem Cell yang Tepat untuk Terapi agar Tidak Memicu Kerusakan Organ

ERA.id - Maraknya promosi sel punca atau stem cell untuk berbagai terapi di masyarakat terus meningkat beberapa tahun belakangan. Jika terapi stem cell dilakukan dengan prosedur medis yang tepat, maka potensinya dapat digunakan sebagai pengobatan untuk berbagai penyakit.

Stem cell merupakan sel hidup yang bekerja dengan mengeluarkan bahan-bahan aktif dalam bentuk protein. 

Bahan-bahan protein tersebut disebut secretome dalam tubuh manusia. Pada proses pembuatan stem cell maupun secretome yang dipabrikan, tentunya harus melalui fasilitas industri obat atau industri farmasi, bukan pada praktik medis yang tidak bertanggung jawab.

Stem cell sendiri memberikan efek penyembuhan bagi sel-sel atau organ tubuh yang rusak. Namun, di dunia kesehatan modern, tidak sedikit informasi beredar luas, termasuk mengenai produk stem cell yang tidak aman karena ilegal yang dijual bebas di pasaran. 

Bahayanya ada risiko dari produk stem cell yang tidak terstandar, mulai dari efek samping negatif hingga potensi kerusakan organ tubuh.

“Fasilitas kesehatan yang akan menggunakan stem cell atau secretome tentunya sudah ada di peraturan pemerintah yaitu rumah sakit vertikal yang ditunjuk di bawah Kementerian Kesehatan bisa melakukan pelayanan berbasis penelitian stem cell."

"Apabila stem cell tersebut sudah menjadi standar layanan yang sudah disepakati oleh para dokter atau asosiasi dokter yang ada di Indonesia, maka bisa digunakan di rumah sakit atau pun klinik,” ujar Presiden Direktur Regenic Stem cell, dr. Sandy Qlintang, M.Biomed dalam Live Instagram @ptkalbefarmatbk.

Dokter Sandy menekankan, masyarakat perlu memperhatikan fasilitas kesehatan yang menyediakan stem cell, yaitu certificate of analysis-nya. 

Begitu pun mengenai pihak mana yang memproduksi stem cell tersebut. Masyarakat berhak tahu dari mana asal produk, hal ini untuk memastikan keamanan produk tersebut. 

Semua produk yang bersifat obat tentunya hanya diproduksi oleh industri obat dan memiliki sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). 

Keduanya penting diketahui masyarakat untuk menjadi jaminan keamanan sebelum membeli atau menggunakan produk-produk tersebut.

“Banyak sekali risiko dari suatu produk atau obat yang tidak bisa dipertanggungjawabkan keamanannya. Salah satu contoh, stem cell itu disimpan dalam suhu minus 196 derajat celsius. Pada suhu tersebut dibutuhkan bahan kimia untuk memproteksi sel agar tidak rusak akibat terbentuknya kristal es."

"Kalau produk stem cell tersebut ingin dipakai ke manusia, bahan kimia tersebut harus dicuci, dibuang, dibersihkan, jangan sampai bahan kimia masuk dalam tubuh. Proses membuangnya itu membutuhkan waktu 8—9 jam untuk penyiapan stem cell-nya,” jelas dr. Sandy.

Di sisi lain, ada produk stem cell dari Ukraina, Jepang, Taiwan, Thailand, Korea, hingga Malaysia. Jika mendapatkan stem cell dari luar negeri dengan suhu beku minus 196 derajat celsius, lalu ketika masuk ke Indonesia ditaruh di fasilitas kesehatan dan dicairkan, selanjutnya diinfuskan langsung ke tubuh manusia. 

Pada proses tersebut, berisiko bahan aktif atau bahan kimia masuk ke dalam tubuh manusia. Akibatnya, bahan kimia itu berbahaya karena beracun dan merusak organ-organ tubuh. Apabila diterapkan lebih dari satu kali, bahan kimia akan semakin menumpuk di dalam tubuh.

Selain itu, warna stem cell juga perlu diperhatikan. Ciri khas stem cell yang baik adalah berwarna bening. 

“Saya perhatikan ada beberapa produk stem cell atau pun secretome yang berwarna-warni, misalnya merah atau pink. Padahal, pada proses pembuatan stem cell membutuhkan medium berwarna merah tua yang disebut fenol merah. Ini suatu indikator untuk stem cell dan warna merah ini tidak boleh masuk ke tubuh kita. Oleh karena itu, pastikan stem cell dan secretome yang baik dan benar tidak berwarna,” tutur dr. Sandy.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah waktu pemberian stem cell. Terapi stem cell tidak boleh diberikan dalam kondisi produk beku, agar kondisi stem cell baik dan tidak mati. 

Hal-hal tersebut perlu dipastikan, supaya calon pasien pengguna stem cell dan secretome yakin produk yang akan digunakan untuk terapi tersebut aman.