PBB Soroti Demo di Indonesia Berujung Maut, Desak Penyelidikan dan Bebaskan Media Meliput
ERA.id - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan penyelidikan menyeluruh atas dugaan penggunaan kekuatan yang tidak proporsional selama aksi demonstrasi di Indonesia. Desakan ini muncul setelah kematian enam orang akibat demonstrasi yang berujung kericuhan.
Juru bicara PBB Ravina Shamdasani mengatakan bahwa pihaknya memantau dengan cermat aksi demonstrasi yang terjadi di Tanah Air.
"Kami memantau dengan saksama serangkaian kekerasan di Indonesia dalam konteks protes nasional atas tunjangan parlemen, langkah-langkah penghematan, dan dugaan penggunaan kekuatan yang tidak perlu atau tidak proporsional oleh pasukan keamanan," kata Ravina Shamdasani dalam pernyataan resminya, dikutip Selasa (2/9/2025).
Pernyataan itu juga menekankan pentingnya untuk berdialog untuk mengatasi kekhawatiran publik soal dampak yang lebih buruk.
PBB menilai pihak berwenang seharusnya menjunjung tinggi hak atas kebebasan bersuara dengan amai dan menjaga ketertiban sesuai dengan norma dan standar internasional dalam mengamankan demonstrasi publik.
"Pihak berwenang harus menjunjung tinggi hak berkumpul secara damai dan kebebasan berekspresi, sambil menjaga ketertiban, sesuai dengan norma dan standar internasional, terkait dengan pengawasan terhadap pertemuan publik," tuturnya.
Selain itu, PBB juga menyerukan penyelidikan cepat dan transparan atas demonstrasi yang berujung kematian di Indonesia. Juru bicara itu juga menekankan kebebasan pers dalam menyampaikan berita secara bebas dan independen tanpa pembatasan tertentu.
"Kami menyerukan agar dilakukan investigasi yang cepat, menyeluruh, dan transparan terhadap semua dugaan pelanggaran hukum hak asasi manusia internasional, termasuk terkait dengan penggunaan kekuatan," tegasnya.
"Penting juga untuk memastikan bahwa media diizinkan melaporkan peristiwa secara bebas dan independen," sambungnya.
Diketahui aksi demonstrasi di Indonesia berubah menjadi kericuhan saat rantis Brimob Polda Metro Jaya melindas pengemudi ojek online (ojol) Affan Kurniawan hingga tewas pada 28 Agustus lalu. Kematian Affan pun meningkatkan kemarahan rakyat Indonesia, yang kemudian menyebar dari Jakarta ke kota-kota besar lainnya.
Di Makassar, massa aksi membakar Kantor DPRD Kota Makassar yang kemudian memakan korban. Sebanyak empat orang dilaporkan tewas akibat insiden tersebut.
Mereka yang tewas di Makassar adalah Syaiful (43), Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kecamatan Ujung Tanah; Muhammad Akbar Basri alias Abay, Fotografer Humas DPRD Kota Makassar; Sarinawati salah satu staf DPRD Makassar; dan Budi Haryadi (30), anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) terpaksa melompat dari atap gedung DPRD Makassar saat terbakar.
Kemudian seorang pengemudi ojol Bernama Rusdamdiansyah juga dinyatakan tewas usai dikeroyok massa yang mengira dirinya seorang intel. Aksi pengeroyokan itu terjadi di depan kampus UMI Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Jumat (29/8).