Ma'ruf Amin Akui Tak Mudah Selesaikan Pelanggaran HAM
"Tentang pelanggaran HAM Berat masa lalu, dari tahun 1965 sampai saat ini tidak mudah menyelesaikan itu. Bukti-bukti tidak ada. Tapi kita berkomitmen untuk menyelesaikan," kata Ma'ruf di kediamannya, Jalan Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (8/3/2019).
Mustayar PBNU itu bilang penyelesaian kasus HAM berat maupun kasus di masa lalu akan menjadi komitmen baginya. Nantinya, kata dia, penyelesaian akan dilakukan dengan berbagai cara. Termasuk melalui proses yudisial pengadilan dan non yudisial berupa mediasi atau islah.
Apalagi dalam ajaran agama Islam, islah menjadi salah satu solusi dan merupakan sesuatu yang baik. "Ada ayat yang mengatakan tidak ada kebaikan dari pembicaraan manusia kecuali tiga hal. Satu menyuruh orang bersedekah, menyuruh orang berbuat baik, dan mengislahkan," ungkapnya.
Kendati demikian tentunya untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM masa lalu melalui islah atau mediasi tidak akan mudah. "Bagaimana mengislahkan? Harus ada kemauan semua pihak," imbuhnya.
Menurut Ma'ruf memang tidak mudah mencari orang-orang yang hilang diculik dari berbagai kasus HAM, apalagi mengungkap siapa pelakunya. Bahkan kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mencari pelaku pembunuh Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy saja masih sulit diungkapkan.
"Bahkan mencari pembunuh John F Kennedy di Amerika negara yang canggih itu saja juga masih sulit. Itu orangnya yang bunuh pintar. Ini yang nyulik mungkin pintar sekali," ungkapnya.
Mekipun demikian, Kiai Ma'ruf bersama Jokowi tak ingin berputus asa untuk menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM. Dirinya juga sempat menyinggung kasus penyiraman air keras terhadap satu penyidik KPK Novel Baswedan.
Menurut mantan Rais Aam PBNU itu, penyerangan terhadap Novel dilakukan secara cerdik oleh orang yang sengaja menebarkan teror. "Kita juga ada kesulitan yang sama seperti yang menyiram Pak Novel Baswedan. Yang nyiram itu pintar sekali," tutupnya.