Drumer Band Black Metal Selandia Baru Bakar Gereja

Christchurch, era.id - Drumer band black metal Selandia Baru, Igni, Jacob Lowenstein dituduh melakukan pembakaran terhadap dua gereja Mormon. Tersangka berusia 28 tahun ini ditahan dan diadili dalam persidangan Rabu (3/4) kemarin.

New Zaeland Herald melaporkan, Kamis (4/4) Lowenstein dituntut dua tuduhan pembakaran dan satu tuduhan pencurian kendaraan. Tuduhan ini muncul terkait kebakaran di gedung-gedung gereja Mormon di Christchurch dan Greymouth, yang terjadi dua hari terpisah pada bulan Maret.

Menurut Stuff, pada 11 Maret, kebakaran terjadi di sebuah pusat studi komplek Church of Jesus Christ of Latter Day Saints di Christchurch yang menyebabkan kerusakan signifikan. Sedangkan kebakaran kedua di gedung gereja Greymouth pada 13 Maret menghancurkan kapel secara total sehingga perlu dibangun ulang.

Supaya kamu tahu. Lowenstein membentuk Igni bersama Declan MacInnes pada 2016 di Sekolah Jazz di Christchurch.  Band ini telah merilis dua album penuh: The Pale (2017) dan This Must Be Hell (2019) yang direkam di sekolah mereka.

Mengacu kepada The Metal Archives, selain membentuk Igni, Lowenstein juga memiliki dua band aktif lainnya, yakni Oblivion Dawn dan Secularity.

Sementara itu. Musik black metal dan pembakaran gereja di negara-negara Barat memang tidak bisa dipisahkan. Genre ini identik dengan aksi anti-agama yang berujung pada pembakaran tempat-tempat ibadah.

Bukan cuma musisinya, tetapi juga para penggemarnya. Di Norwegia misalnya, dalam kurun waktu 1992 sampai 1996 saja tercatat 50 aksi pembakaran gereja yang dilakukan komunitas black metal.

Dalam sebuah wawancara dengan Sam Dunn dalam video dokumenter Metal: A Headbanger's Journey, Gaahl dari band Gorgoroth mengatakan: 

“Pembakaran gereja dan semua yang terkait dengannya, tentu saja, hal-hal yang sangat saya dukung 100 persen dan itu harus dilakukan terus menerus dan lebih banyak dikemudian hari. Kami harus menghapuskan setiap bekas dari agama Kristen dan akar-akar Yahudi yang ditawarkan dimuka bumi."

Film biografi Lord Of Chaos yang belum lama ini tayang membuktikan hal ini. Otak utama dari band Burzum yang sempat bergabung dengan Mayhem, Varg Vikernes pernah dihukum karena terbukti ikut dalam aksi pembakaran empat gereja, termasuk Gereja The Fantoft Stave yang dia abadikan dalam sampul album mini (EP) Burzum yang berjudul Aske.

 

Baru-baru ini, tepatnya 7 Maret 2019, konser band black metal asal Swedia Watain di Singapura dibatalkan oleh Otoritas Pembangunan Media Infocomm karena pertimbangan keamanan dari kementerian Dalam Negeri.

Uskup Terry Kee, Presiden Dewan Nasional Gereja Singapura atau NCCS, seperti dilansir Channel News Asia pada Sabtu, 9 Maret 2019, mengatakan, serangan Watain terhadap keyakinan Kristen lewat lagu-lagunya mernimbulkan gangguan dan rasa sakit yang bisa mengganggu keharmonisan agama.

Secara terpisah, Menteri Dalam Negeri, K Shanmugam, mengatakan: ”Selama beberapa hari terakhir ada banyak keprihatian. Jika Anda melihat band ini ada sejarah terkait sikap yang sangat menyerang terhadap orang Kristen dan Yahudi, dan mendukung kekerasan, termasuk mendorong pembakaran gereja-gereja.”

NCCS mengekspresikan apresiasinya kepada kementerian Dalam Negeri atau MHA Singapura soal pembatalan konser Watain ini.

Tag: album musik