Saat yang Teriak Curang Justru Kena Batunya
Jakarta, era.id - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) masih mendalami kasus temuan formulir C1 di sejumlah daerah di Pulau Jawa, mulai dari Grobogan, Karanganyar, Blora, Demak, Temanggung, Batang, Tegal, Cilacap, Brebes, Semarang, Sragen, Banjarnegara, hingga Boyolali. Temuan itu didapati kepolisian saat memberhentikan sebuah mobil minibus di kawasan Menteng.
C1 tersebut dimasukkan dalam kardus cokelat yang bertuliskan: Kepada Yth. Bapak Toto Utomo Budi Santoso, Direktur Satgas BPN PS, Jl Kertanegara Nomor 36 Jakarta Selatan. Selain itu, pada bagian bawah kardus tertulis: Dari Moh. Taufik, Seknas Prabowo Sandi, Jl Hos Cokroaminoto Nomor 93 Menteng Jakarta Pusat.
Adanya temuan ini menjadi hal menarik untuk didalami. Tentu kita ingat ketika kubu paslon nomor urut 02, BPN Prabowo-Sandiaga, yang mengaku telah mendata 1.261 dugaan kecurangan di TPS saat pencoblosan. Laporan itu diterima dari seluruh wilayah Indonesia.
Sekarang, kubu mereka justru diduga melakukan kecurangan dengan adanya temuan C1 yang hasilnya berbeda dari rekapitulasi resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Mungkin, peribahasa "Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri" menjadi ungkapan yang cocok dengan kondisi BPN saat ini. Setidaknya, kesan itu yang ditangkap oleh pengamat politik Maksimus Ramses Lalongkoe.
"Kalau ini benar sebuah pelanggaran, berarti opini yang selama ini dibangun 02 seolah-olah mereka menepuk air di diulang, terpercik muka sendiri. Ternyata gelombang kejahatan itu diduga terjadi ada di mereka," kata Maksimus kepada era.id, Senin (6/5/2019).
Dengan demikian, untuk bisa membuktikan apakah ini merupakan sebuah kejahatan politik, maka Bawaslu harus bisa bekerja cepat dan profesional untuk menyingkap kasus ini. Mengingat, Bawaslu belum memutuskan apakah C1 ini merupakan salinan yang asli saat hasil rekapitulasi di tiap TPS.
"Ketika Bawaslu sudah menyimpulkan, seandainya ini sebuah kejahatan yang dilakukan 02, maka mereka harus bertanggung jawab. Mengingat, selama ini mereka sudah memberikan informasi kepada publik bahwa pihak 01 yang melakukan kecurangan. Strategi politik seperti itu memang ada," jelas Maksimus.
"Bawaslu punya mekanisme memeriksa pihak terkait yang diduga terlibat, sehingga biarkan lah Bawaslu bekerja dulu. Kita mendesak Bawaslu bekerja lebih cepat dan profesional lalu mengumumkan ke publik," tambah dia.
Gelar perkara temuan C1 (Istimewa)
Sikap BPN dan TKN
Kedua kubu telah memberi pernyataan sikap soal kasus ini. Wakil Ketua TKN Abdul Kadir Karding menganggap temuan C1 atas nama BPN seolah menunjukkan kubu 02 yang teriak ada kecurangan, justru juga berasal dari mereka sendri.
"Dugaan kecurangan itu menunjukkan maling teriak maling. Faktanya mereka berteriak bahwa kami yang curang, tapi aslinya yang memprotes kecurangan atau melakukan kecurangan teman-teman (kubu 02) itu," ujar Karding.
Tapi, CEO Seknas Prabowo-Sandi, Muhammad Taufik membantah pihaknya mengumpulkan C1 Kabupaten Boyolali ke tim Badan Pemenangan Nasional menggunakan minibus yang ditemukan Polres Jakarta Pusat.
"Seknas tak pernah mengumpulkan C1 ke BPN. Kejadian Sabtu saya ada di sini semua. Ini kop surat Seknas. Saya mengatakan berita itu sama sekali tidak betul," ucap Taufik.
Taufik menyayangkan sikap aparat yang terkesan terburu-buru dalam menangkap minibus berisi kardus yang di dalamnya ada salinan C1 tersebut. Dimana Taufik mempertanyakan, apa kewenangan aparat menangkap orang yang membawa C1.
"Kalau ngomong itu dari Seknas, harus diverifikasi ada kop surat Seknas dengan tanda tangan saya. Saya enggak tanda tangan, itu kop suratnya beda. Kalau mau memalsukan cermat. Belajar yang profesional," tutur Taufik.