Tragedi yang Tersembunyi dalam Komedi Joker

Jakarta, era.id - Gelak tawa tiba-tiba pecah dari kerongkongan Joker (Joaquin Phoenix). Tawa itu tak bisa ia kendalikan. Arthur Fleck, identitas aslinya, memang mengidap penyakit langka. Penyakit itu membuatnya kerap tertawa secara spontan.

Arthur bahkan harus membawa kartu ketika bepergian. Kartu itu menjelaskan gelak tawanya tak pernah ia inginkan. Tawanya itu muncul tanpa ia bisa kendalikan.

Film Joker, resmi tayang di bioskop sejak Rabu (2/10) kemarin . Film keluaran Warner Bros ini digarap oleh Todd Phillips. Phillips hendak menceritakan perkembangan diri Arthur Fleck hingga menjadi Joker yang dikenal sebagai musuh Batman.

Dalam film tersebut, Phillips menabrakkan tragedi dengan komedi. Dalam trailernya, hal itu muncul pada statement Joker: "Semula, saya kira hidup ini tragedi. Tapi ternyata, saya sadar ini adalah komedi."

Baca Juga : Polisi Terapkan Pengamanan Khusus Sambut Pemutaran Perdana Joker

Sosok Arthur Fleck diceritakan sebagai seorang pria yang hidup merana. Arthur hidup di sebuah apartemen kumuh dan lift rusak dengan sedikit cahaya. Satu-satunya pencahayaan di sana hanyalah tayangan TV Murray Franklin (Robert De Niro).

 

Arthur menonton tayangan komedi itu setiap hari. Diam-diam, ia bermimpi suatu hari akan ada di acara tersebut sebagai Stand Up Comedian.

 

Penyakit aneh dan impian itu tumbuh di kota Gotham yang kacau. Ia bekerja sebagai badut untuk mendapatkan uang. Ia mengajari orang-orang tersenyum, sementara Arthur juga harus mengurus ibunya yang sakit.

Namun hal tersebut malah membuatnya menjadi bahan olokan. Anak-anak di kota Gotham kerap mencibir dan mem-bully-nya.

 

Tapi alih-alih lari dari kondisi itu, Arthur berusaha untuk berdamai. Ia menghimpun seluruh kesengsaraan dalam gelak tawanya. Inilah yang membuat pribadinya kian kompleks. Pribadi yang kemudian membuat Joker menjadi sosok yang gila dan tak punya tujuan.

Baca Juga : Janji Joaquin Phoenix tentang Joker

Pemeran Joker, Joaquin Phoenix memandang, apa yang dialami Joker bukanlah siksaan. Sebaliknya, Phoenix menyebut itu adalah perjuangan.

"Itu bukan siksaan, itu perjuangannya untuk menemukan kebahagiaan, untuk menemukan kehangatan dan cinta," katanya dilansir dari The Daily Beast.

Selama penggarapan film ini, Phoenix mengaku menghabiskan banyak waktu untuk mendesain karakter Joker, penampilan, dan ciri khas tawa. Tawa itu, katanya, harus menyimpan kesedihan.

"Aku berlatih sendiri dan kemudian meminta Todd (sutradara) untuk menyeleksi tawaku. Aku merasa harus melakukannya di depan orang lain. Butuh waktu lama bagiku," terangnya.

Film Joker berdurasi 122 menit. Selain Joaquin Phoenix, film ini juga dibintangi Robert De Niro, Zazie Beetz, Bill Camp, Frances Conroy, Brett Cullen, Glenn Fleshler, Douglas Hodge, Marc Maron, dan Josh Pais.

Sang Sutradara, Todd Philips, adalah sutradara dan penulis naskah sejumlah film, di antaranya: Hated: G.G. Allin & the Murder Junkies (1994), Borat: Cultural Learnings of America for Make Benefit Glorious Nation of Kazakhstan (2006), The Hangover (2009), dan War Dogs (2016).