Gelak Tawa Saat Rapat Paripurna Pemilihan Pimpinan MPR

Jakarta, era.id - Rapat Paripurna penetapan dan pelantikan pimpinan MPR RI periode 2019-2024 sempat berjalan tegang. Sebabnya, Partai Gerindra tak sepakat dari awal tentang penunjukkan Bambang Soesatyo jadi ketua MPR. Meski, belakangan partai yang dipimpin Prabowo Subianto itu melunak.

Suasana rapat yang tegang, bisa mencair berkat celetukan Ketua MPR sementara, Abdul Wahab Dalimunthe yang memimpin rapat. Gayanya yang santai saat memimpin rapat terbukti ampuh merubah ketegangan menjadi lentur. Dia pun tampak luwes berduet dengan anggota dewan termuda Hillary Brigitta Lasut sekalipun usia mereka terpaut puluhan tahun.

Saat memulai Rapat Paripurna penetapan dan pelantikan pimpinan MPR RI periode 2019-2024 di Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis (3/10/2019) sekira pukul 19.45 WIB, Abdul Wahab tampak tak kesulitan menghadapi interupsi dari peserta rapat.

Interupsi peserta rapat kebanyakan soal mekanisme pemilihan dengan cara musyawarah mufakat atau voting, dan permintaan agar rapat diskors lantaran fraksi Gerindra yang mencalonkan Ahmad Muzani tak kunjung datang. Belakangan diketahui fraksi Partai Gerindra sedang berkomunikasi dengan Prabowo Subianto di kediamannya, di Jalan Kertanegara, Jakarta.

Ramainya interupsi itu membuat Abdul Wahab mengetok palu dan menyatakan sidang diskors. Sembari mengetok palu, Abdul Wahab melantunkan pantun. 

"Untuk tidak berlambat-lambat supaya ikan sepat ikan gabus, makin cepat makin bagus, maka sidang ini saya skors sampai jam 20.50 WIB," ujar Abdul Wahab yang langsung memancing tawa dan tepuk tangan dari peserta rapat.

Sidang dibuka pada jam yang ditentukan tadi. Hingga, jelang pukul 21.00 WIB, suasana rapat kembali menengang. Sebabnya, fraksi Gerindra tak kunjung tiba di lokasi untuk memberikan pernyataan sikapnya terhadap mekanisme pemilihan ketua MPR. Perwakilan Gerindra yang ada di ruangan meminta tambahan waktu kepada pimpinan sidang untuk menunggu.

Mendengar laporan itu, Abdul Wahab pun meminta persetujuan kepada forum untuk menunggu. Sayangnya, hal itu ditentang peserta rapat dengan alasan waktu yang diberikan untuk fraksi Gerindra sudah cukup lama.

"Apakah kita setujui kita tunggu sebentar itu 10 menit," tanya Abdul Wahab.

Tak lama setelah penawaran Abdul Wahab, interupsi bertubi-tubi datang untuk meminta rapat tetap dilanjutkan tanpa menunggu fraksi Gerindra. "Lanjut pimpinan kita harus konsisten dengan waktu," kata peserta rapat.

Mendapat jawaban itu, Abdul Wahab langsung menanggapinya dengan celetukan ringannya.

"Saya kan begini, tadi kan jam 9 saya potong sepuluh menit, jadi kembalikan saja 10 menit itu ya. Kita tidak cari yang menang, tapi kita cari yang terbaik untuk kita ya kan," katanya yang kembali disambut tawa, susana sidang pun kembali menghangat.

Pelantikan pimpinan MPR (Gie/era.id)

Tak berapa lama setelahnya, Ketua Fraksi Gerinda di MPR Ahmad Riza Patria tiba di ruang rapat bersama Ahmad Muzani yang merupakan calon pimpinan MPR dari fraksinya. Saat itu, Riza menyatakan sikap partainya setuju musyawarah mufakat dan mendukung Bambang Soesatyo dari Fraksi Golkar untuk menjadi ketua MPR RI lima tahun mendatang.

Seketika suasana ruang rapat riuh dengan tepuk tangan. Ini artinya Bambang Soesatyo menjadi ketua MPR RI secara aklamasi. Beberapa ketua fraksi partai dan peserta rapat berebut menyalami politikus Golkar itu.

Sekitar 15 menit Bambang menerima ucapan selamat dari para koleganya. Setelah itu, suasana tak kondusif karena anggota sidang berebut salaman dengan Bambang. Padahal, masih ada agenda pelantikan yang harus diselesaikan sedangkan waktu kian larut.

"Sudah cukup tepuknya. Enggak usah cipaka-cipiki, nanti saja itu, selesaikan ini," celetuk Abdul Wahab dari meja pimpinan.

Mendengar itu, para peserta rapat kembali kondusif. Abdul melanjutkan agenda selanjutnya yaitu pelantikan pimpinan MPR RI periode 2019-2024 yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali. Namun, ternyata sang ketua MA rupanya belum tiba di tempat.

Menyadari hal itu, Abdul Wahab pun meminta pemakluman dari peserta rapat. Menariknya, dia menyampaikannya dengan kata-kata yang sekali lagi mengundang gelak tawa. Dia bahkan sempat menggoda Bambang yang tampak tak sabar segera dilantik sebagai ketua MPR.

"Hadirin yang saya muliakan, ini ketua mahkamah agungnya ada macet. Tadi saya sudah saya katakan jam 9 tepat dia sudah berada di sini, jadi Pak Bambang ini bukan halangan, tapi tanda-tanda zaman ini," kata Abdul Wahab yang kembali sukses menggemakan tawa di ruang rapat paripurna.

Tak lama, ketua MA datang dan melantik Bambang. Setelah pengambilan sumpah jabatan dan penandatanganan dokumen, Abdul Wahab menyerahkan kepemimpinan MPR kepada ketua MPR terpilih Bambang Soesatyo.

Namun sebelum menyerahkan kursi pimpinan, Abdul Wahab yang juga anggota dewan tertua itu terlebih dahulu melontarkan pantun yang ditujukan kepada peserta rapat.

"Dalam kesempatan ini, kalau ada kaca yang pecah, jangan disimpan di dalam lemari, kalau ada kata-kata kami yang salah, jangan disimpan dalam hati," kata dia.

Abdul Wahab juga melontarkan sebuah pantuan yang ditujukan bagi pimpinan MPR RI terpilih. Kali ini ia menyelipkan pesan agar ke 10 orang yang baru dilantik terhindar dari pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi.

"Kalau jalan ke Kota Jember, jangan lupa beli semangka. Kalau anda terpilih jadi pimpinan MPR, jangan sampai diperiksa KPK," kata Abdul Wahab yang disambut tepuk tangan.

Terakhir, Abdul Wahab memberi pesan kepada Hillary yang ia anggap cucu sendiri agar pandai menempatkan diri di parlemen.

"Saya ini umur 80 tahun, cucu saya ini umur 22, jadi pandai-pandailah menyesuikan diri dengan pimpinan yang baru ini," ujarnya.

Ketua MPR Bambang Soesatyo (Anto/era.id)

Kerelaan Fraksi Gerindra

Fraksi Gerindra sepakat kursi ketua MPR jadi milik Golkar melalui perwakilannya, Bambang Soesatyo. Keputusan itu diambil usai Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto berkomunikasi dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani menambahkan, kerelaan ini bukan berarti ditukar dengan jabatan strategis lainnya dari PDIP sebagai pemenang Pemilu 2019.

"Enggak, enggak, saya baru dengar ada tawaran. Semua bicara soal kebangsaan," ungkap Muzani usai pelantikan pimpinan MPR. 

Kata dia, percakapan antara Prabowo dan Megawati ini berisi tentang lobi-lobi politik. Prabowo meminta Megawati agar mendukung Gerindra di MPR dengan alasan keseimbangan politik. Tapi, Megawati menolak karena proses pemilihan ini sudah terlanjur berjalan.

"Karena itu ibu Mega memohon pengertian Pak Prabowo agar bisa menerima proses ini dengan baik dan menjaga MPR dengan musyawarah mufakaat," ucapnya.

Meskipun Megawati menyerahkan keputusan ke tangan Gerindra, namun Prabowo tetap memanggil Muzani untuk tidak lagi memperebutkan kursi ketua MPR. Ia mengatakan, Prabowo tak ingin belarut-larut dalam kepentingan-kepentingan posisi ketua MPR.

Muzani juga melapor kepada Prabowo tentang lobi-lobinya dengan PAN, PKS, dan Demokrat. Namun, pesan Prabowo agar legawa ketika tak jadi ketua MPR.

"Hanya beliau ambil keputusan demi kepentingan yang lebih besar, ya sudah kamu enggak usah meneruskan pencalonan sebagi ketua MPR," ujar Muzani menirukan ucapan Prabowo.

Dengan terpilihnya Bambang Soesatyo jadi ketua MPR, Muzani berharap lembaga ini bisa lebih bagus dibanding periode sebelumnya. Apalagi dengan pengalaman Bambang sebagai ketua DPR di periode sebelumnya, bisa dijadikan modal untuk membangun citra MPR sebagai rumah besar bagi bangsa dan rakyat Indonesia.

"Mustinya MPR di bawah Bambang Soestyo apalagi didukung dengan 9 orang wakil ketua mestinya lebih bagus lagi dari periode sebelumnya," pungkas Muzani.

 

Tag: kursi pimpinan mpr mpr