Misteri Tewasnya Aktivis Walhi
Kecurigaan bahwa Golfrid bukan korban kecelakaan berdasarkan keterangan dokter Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, Medan yang sempat memeberikan pertolongan.
Dari hasil pemeriksaan medis, Golfrid mengalami luka serius di bagian kepalanya yang menyebabkan tempurung kepala hancur. Sementara, pada bagian tubuh lainnya tak ditemukan luka yang serius. Ini yang membuat dugaan Golfrid bukan korban kecelakaan menjadi kuat. Apalagi, luka di kepalanya itu disebut seperti dipukul dengan senjata tumpul.
"Selain bagian kepala, bagian tubuhnya tidak mengalami luka yang berarti layaknya orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas," ucap Aktivis Walhi Sumatera Utara (Sumut) Roy Lumbangaol, Senin (7/10/2019).
Ditambahkannya, kejanggalan dugaan kematian Golfrid karena kecelakaan bisa dilihat dari beberapa barang berharga yang hilang pada saat kejadian. Serta, motor yang dikendarai Golfrid tak mengalami kerusakan yang parah.
Terlepas dari kejanggalan itu, Golfrid juga sebelumnya sempat dinyatakan menghilang selama beberapa hari, sejak Rabu (2/10), sekitar pukul 17.00 WIB. Berdasarkan informasi, dia pergi ke kantor salah satu jasa ekspedisi untuk bertemu seseorang di Marendal, Medan.
Namun, sejak saat itu, Golfrid tak lagi dapat dihubungi lagi oleh sang istri. Belakangan dia ditemukan terkapar di flyover Simpang Pos, Medan pada hari Kamis (3/10), sekitar 01.00 WIB dini hari.
Saat itu, Golfrid ditemukan oleh seorang tukang becak yang kebetulan melintas di lokasi kejadian. Yang kemudian tukang becak itu pun membawa Golfrid kemudian ke RS Mitra Sejati untuk menjalani perawatan, meski langsung diarahkan ke RSUP Adam Malik guna mendapat pengobatan yang lebih baik.
Nyawa Golfrid tak dapat ditolong meski telah menjalani serangkaian operasi pada Jumat (4/10). Usai kurang lebih 3 hari mendapatkan penanganan akhirnya korban dinyatakan meninggal dunia, Senin (7/10).
Dengan serangkaian kejanggalan yang dirasakan berdasarkan temuan-temuan yang ada serta kronologi kejadian dari hilangnya Golfrid hingga ditemukan, Walhi Sumut menilai bahwa rekannya itu tewas bukan diakibatkan menjadi korban kecelakaan.
Melainkan, Golfrid yang menjabat manager hukum ini diduga telah menjadi korban kekerasan dan percobaan pembunuhan. Dugaan itu muncul berdasarkan aktivitas politik korban selama ini sebagai pembela HAM, khususnya untuk isu lingkungan melalui Walhi Sumatera Utara.
"Karenanya dengan ini WALHI Sumut mendesak dan mendorong Polda Sumatera Utara untuk segera mengusut tuntas penyebab kejadian yang menimpa korban Golfrid Siregar sebagai pembela hak azasi manusia yang sudah menjadi korban hingga kehilangan nyawanya," ucap Roy.
Sementara, pihak kepolisian yang sebelumnya menyebut bahwa Golfrid menjadi korban kecelakaan hingga saat ini masih menyelidiki adanya dugaan-dugaan lain.
Nantinya, dalam penyelidikan itu polisi akan menelusuri percakapan Golfrid melalui nomor ponselnya. Selain itu, beberapa orang yang berada di sekitar lokasi kejadian pada saat ditemukannya Golfrid terkapar juga akan dimintai keterangan lebih lanjut.
"Kita akan mengecek pembicaraan korban selama beberapa hari belakang dari nomor ponselnya," Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja saat dimintai konfirmasi, Senin (7/10).
Selain itu, polisi juga tengah mencari keberadaan dari tukang becak yang mengantarkan Golfrid menuju rumah sakit. Namun, dari pemeriksaan sementara diketahui bahwa tak hanya tukang becak itu yang membawa Golfrid ke rumah sakit. Melainkan, dua orang lain yang ikut menggotong korban ke becak dan juga ikut menyerahkan Golfrid ke perawat. Namun, tak lama kemudian ada dua orang lainnya yang datang mengantarkan sepeda motor korban.
"Kami juga sudah identifikasi CCTV-nya memang betul. Korban diserahkan ke perawat," kata Tantan.