Perjalanan Prabowo, dari Rival hingga Jadi Pembantu Jokowi

Jakarta, era.id - Pertanyaan publik tentang kemungkinan Partai Gerindra masuk ke dalam kabinet pemerintahan Presiden RI Joko Widodo terjawab ketika ketua umumnya, Prabowo Subianto bersama dengan Wakil Ketua Umum Gerindra Edhy Prabowo datang Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/10/2019) sore. 

Kedatangan kedua elite partai ini bertepatan dengan rencana Jokowi untuk mengumumkan susunan kabinetnya lima tahun mendatang. Keduanya bertemu Jokowi. Usai pertemuan, Prabowo mengatakan, Jokowi meminta dirinya untuk membantu memperkuat kabinet periode 2019-2024 di bidang pertahanan. Dia menyatakan akan menjalankan amanah ini.  

"Saya diminta membantu beliau di bidang pertahanan dan tadi beliau memberi pengarahan dan saya akan bekerja mungkin mencapai sasaran yang ditentukan," kata Prabowo.

Prabowo sudah dua kali jadi rival Jokowi pada kompetisi Pemilu. Pertarungan pertama terjadi pada 2014. Kala itu, Prabowo Subianto berpasangan dengan Hatta Rajasa, sedangkan, Joko Widodo dengan Jusuf Kalla. Prabowo-Hatta kalah dengan mengantongi suara sebanyak 46,85 persen. Sementara, Jokowi-JK mengantongi 53,15 persen. 

Tak terima dengan suara yang diperolehnya, Prabowo menggugat hasil Pemilu itu ke Mahkamah Konstitusi. Hanya saja, gugatan itu tak memberikan hasil yang seperti diinginkannya lantaran tetap menyatakan Jokowi-JK sebagai pemenang Pemilu 2014.

Lima tahun berselang, Prabowo kembali menjadi lawan Jokowi. Dia menggandeng Sandiaga Uno yang kala itu menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta untuk bertarung di Pemilu 2019. Sementara, Joko Widodo menggandeng Maruf Amin untuk menghadapinya.

Prabowo kalah lagi dengan mengantongi suara 44,50 persen. Sedangkan, Joko Widodo-Maruf Amin mengantongi 55,50 persen suara. Jalur konstitusi kembali dipilih Prabowo untuk menggugat hasil Pemilihan Presiden 2019. Namun hasilnya tetap sama, Jokowi-Ma'ruf dinyatakan pemenang Pemilu 2019.

Jokowi dan Prabowo bertemu di Stasiun MRT usai pengumuman hasil Pemilu 2019 (Foto: Twitter @jokowi)

Bergabungnya Prabowo ke kabinet Jokowi menimbulkan resistensi. Sebab, status yang bekas lawan menjadi kawan. Melihat hal ini, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan Jokowi perlu berkonsultasi dengan partai pendukungnya untuk memasukan Prabowo di kabinetnya. Adi juga menilai ada yang sedang dipertaruhkan oleh Prabowo dengan bergabung dengan Jokowi dan bersedia menjadi menteri.

"Saya kira Prabowo mempertimbangkan secara matang soal rencana bergabung dengan jokowi. Ada sesuatu yang sedang di pertaruhkan Prabowo menerima jadi Menhan yang publik tidak ketahui," kata Adi saat dihubungi era.id, Senin (21/10/2019).

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyinggung masuknya Partai Gerindra di koalisi pendukung Jokowi dengan pepatah Jawa. "Rakyat kan bisa melihat. Kalau orang Jawa itu ada perumpamaannya, dikei ati ojo ngerogoh rempelo (dikasih hati jangan minta rempela)," ujar Hasto saat ditemui di daerag Cikini, Jakarta Pusat, Senin (21/10/2019).

Meski demikian PDIP tetap menyerahkan urusan pembentukan kabinet kepada presiden. Sehingga partainya akan menghormati keputusan Jokowi termasuk mengajak Gerindra bergabung.

Ia menyakini, semua hal terkait kabinet sudah dipertimbangkan matang-matang oleh Jokowi dan seluruh parpol koalisi sepakat untuk menghormati hak prerogatif presiden.

"Karena semangat gotong royong ini menjadi jiwa bagi bangsa," kata Hasto.

Kisah Lincoln dan Seward

Tiga hari sebelum pelantikan presiden dan wakil presiden berlangsung, Prabowo sempat melemparkan sebuah kisah yang diduga menjadi sinyal agar partainya bisa ikut ambil bagian dalam kabinet pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin. Adapun kisah yang ia ceritakan saat acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) di Hambalang, Jawa Barat, Rabu (16/10) adalah kisah Abraham Lincoln dan William Seward.

"Abraham Lincoln itu selama hidupnya fight dengan Seward," kata Prabowo kala itu.

Prabowo Subianto dalam acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Gerindra (Diah/era.id)

Kedua tokoh Amereka Serikat itu diketahui selalu bersebrangan pandangan politik. Hingga suatu ketika saat Abraham terpilih menjadi Presiden Amerika mengundang dan menawarkan posisi menteri luar negeri kepada William. Pos kementerian itu merupakan salah satu jabatan terkuat di Amerika Serikat setelah presiden dan wakil presiden.

William yang sempat bingung dengan sikap rivalnya akhirnya menemukan jawaban yang cukup mencengangkan. Abraham mengatakan alasannya sederhana yaitu ia melihat baik dirinya maupun William memiliki kecintaan yang luar biasa kepada tanah airnya.

Tag: prabowo subianto jokowi