Kala Dialek 'Lo-Gue' Jadi Sorotan KPI
"TV dan radio menggunakan gaya penuturan lo-gue, seolah tanpa itu maka dianggap kurang kekinian dan kurang metropolis," kata Wakil Ketua KPI Mulyo Hadi Purnomo dilansir Antara, Sabtu (26/10/2019).
Ia mengatakan, saat ini banyak presenter program televisi menyuarakan Jakarta style dan kurang mengakomodasi budaya atau bahasa lain. Padahal, ada banyak budaya yang bisa dilihat dari keragaman dialek.
Sementara, dalam kaitan dengan program berita, KPI juga masih melihat penggunaan diksi yang berkonotasi bombastis.
Kemudian, pada program variety show, kata-kata yang berasosiasi dengan kecabulan juga terkadang muncul. Oleh karena itu, ia mengimbau lembaga penyiaran baik radio ataupun televisi untuk memperbaiki beberapa hal yang menjadi catatan KPI tersebut.
Selanjutnya, KPI juga mengimbau lembaga penyiaran yang melakukan reportase sebuah demonstrasi, sebaiknya tidak terlalu bombastis dengan memilih diksi yang netral dan akurat sesuai dengan fakta yang ada.
"Tidak terlalu bombastis. Misalnya kata penganiayaan bisa diganti kekerasan. Kemudian penggunaan kata mencekam, sementara aksi pengurasakan terjadi tanpa ancaman terhadap nyawa orang," katanya.
Untuk hal itu, Purnomo berharap kepada lembaga penyiaran untuk tidak menggeneralisasi fakta seolah terjadi secara luas.