Tradisi Lebaran Anak 90an yang Bikin Kangen
Beragam kegiatan menjelang Idulfitri biasanya sudah dilakukan jauh sebelum hari H. Misalnya memasak opor, rendang, membuat kue kering, hingga membeli baju baru. Beberapa tradisi unik yang pernah dialami anak 90an juga jadi momentum ngangenin sekaligus sudah jarang ditemui. Berikut tim era.id sudah merangkum tradisi lebaran khas anak 90an.
Mengirim uang pakai wesel
Dulu masyarakat Indonesia belum akrab dengan bank atau nomor rekening. Apalagi bagi orang tua yang tinggal di kampung dan memiliki anak yang merantau ke ibu kota. Hal ini jadi salah satu kendala yang bisa dipecahkan dengan menggunakan wasel.
Perantara ini dulu sangat populer dan menjadi satu-satunya wadah penerimaan uang yang dikirimkan. Nantinya si pengirim, akan memberikan serial nomor berbentuk kartu yang bisa ditukarkan di Kanto Pos terdekat.
Baca Juga : Kembali ke 90an Lewat Tamasya Mesin Waktu
Sayangnya tradisi itu sekarang sudah digantikan dengan kehadiran mesin ATM dan perkembangan teknologi. Sudah banyak warga di kampung yang belajar dan tak lagi buta dengan kecanggihan teknologi saat ini. Makanya, kehadiran wesel ini sangat berarti bagi generasi 90an.
Bertukar ucapan lebaran pakai kartu
Kalau sekarang tren lebaran saling bertukar hampers atau parsel, dulu tradisi itu tak berlaku bagi generasi 90an. Bagi mereka, saling bertukar dan kirim kartu ucapan selamat itu sudah sangat cukup dan jadi momen berharga setahun sekali. Apalagi kalau kartu ucapannya punya desain lucu dan unik, sudah pasti itu bakal disimpan.
Bahkan biasanya sebagian orang rela mengirimkan kartu ucapan dengan bentuk pop up atau kertas timbul. Sayangnya kartu ucapan itu kini tinggal kenangan. Mungkin masih ada sebagian orang yang menggunakan kartu ucapan, tetapi ditambahi dengan hampers atau bingkisan lainnya.
Kartu ucapan Idulfitri tahun 1950-an. (Koleksi Mikke Susanto).
Kirim ucapan pakai pager
Selain menggunakan media kartu ucapan, biasanya generasi 90an juga memanfaatkan pager buat saling kirim pesan singkat ke keluarga, sahabat, hingga gebetan. Bentuk dari alat komunikasi ini berupa kotak kecil berwarna hitam dengan layar hijau neon.
Untuk penggunaannya akan tersedia dengan tiga cara yang berbeda. Pertama dengan metode numerik yang didalamnya akan tersedia deretan angka dan kode untuk memulai panggilan. Kedua alphanumerik, metode ini hampir sama dengan numerik bedahnya hanya tersedia kolom untuk membuat tulisan ucapan untuk mengirim pesan.
Kemudian metode yang terakhir ialah alphanumerik dua arah. Metode ini memiliki kelebihan untuk mengirim pesan teks dengan menekan tombol kecil. Sayangnya di era 90an pengguna pager hanya datang dari kalangan atas aja.
Telepon rumah
Bagi yang tak punya pager sebagai media komunikasi atau berkirim pesan, penggunaan telepon rumah juga jadi salah satu penyambung komunikasi antar keluarga loh. Dulu, telepon rumah memang populer banget pada zamannya, tapi sekarang keberadaannya sudah sangat jarang ditemukan. Sekarang banyak orang yang memanfaatkan video call sebagai media yang lebih canggih.
Namun, paling tidak telepon rumah masih bisa ditemukan di beberapa rumah yang memiliki layanan internet yang harus terhubung ke telepon. Wah kangen banget ya sama momen itu, apalagi mengingat bayarnya bulanan dan tanpa sadar tagihannya membengkak karena sering banget buat telepon ke luar kota.
Di zaman saat ini semua yang serba tradisional dan merakyat tampaknya harus tergerus oleh perkembangan teknologi ya. Sangat disayangkan media-media yang sempat menjadi penyambung silaturahmi itu akhirnya hilang satu per satu.
Tetapi bagi generasi 90an, momen itu jadi salah satu yang paling berharga dan tak bisa terulang kedua kalinya.