Apa Itu Sungkem dalam Tradisi Lebaran Masyarakat Jawa?
ERA.id - Sungkem adalah salah satu tradisi yang masih dipertahankan oleh masyarakat Jawa hingga saat ini. Tradisi tersebut biasa dilakukan dalam beberapa momen penting salah satunya lebaran, lantas itu sungkem?
Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan atau penghormatan kepada orang yang lebih tua atau lebih senior dalam suatu kelompok atau lingkungan.
Apa Itu Sungkem?
Secara harfiah, kata "sungkem" berasal dari bahasa Jawa yang artinya "menyungkupkan" atau "menyembah". Biasanya, saat melakukan sungkem, seseorang akan membungkukkan badannya dengan satu atau kedua lutut menyentuh tanah, seraya menyampaikan salam dan doa kepada orang yang dihormati.
Tradisi sungkem dipraktikkan dalam berbagai situasi, seperti saat bertemu dengan orang tua, guru, pemuka agama, atau tokoh masyarakat. Sungkem juga sering dilakukan pada saat acara adat atau upacara resmi, seperti acara pernikahan, acara kelahiran, atau saat memperingati hari-hari besar keagamaan.
Sementara itu, dilansir dari laman puro mangkunegaran, sungkeman berasal dari kata sungkem yang artinya bersimpuh atau duduk jongkok sambil mencium tangan orang yang dituakan.
Umumnya, sungkeman dilakukan oleh anak-anak kepada orang tua atau orang muda kepada orang yang lebih tua. Selain itu, sungkeman dilakukan pada acara-acara penting seperti pernikahan dan lebaran.
Sungkeman sendiri bertujuan untuk meminta maaf atas kesalahan ucapan atau tindakan yang dilakukan agar dosa dan kesalahan dapat terhapus serta mengharapkan doa kebaikan dari orang yang dituakan.
Momen sungkeman saat lebaran merupakan bagian dari tradisi silaturahmi untuk saling memaafkan. Sungkeman saat idul fitri pada mulanya dikembangkan oleh kraton-kraton di Jawa.
Berdasarkan cerita-cerita yang beredar di masyarakat Jawa, tradisi sungkeman pada waktu lebaran bermula dari Kasunanan Surakarta dan Puro Mangkunegaran.
Sejarah mencatat jika sungkeman dengan melibatkan kerabat, abdi dalem dan rakyat pernah dilakukan pada masa pemerintahan KGPAA Mangkunegara I (1757-1795).
Pada waktu itu, setelah Shalat Idul Fitri, Mangkunegara I berkumpul dan saling bermaafan. Diawali sungkeman para istri dan putra dalem dilanjutkan para kerabat, punggawa dan rakyat.
Makna Tradisi Sungkem
Tradisi sungkeman tersebut sekaligus menggambarkan kedekatan raja dengan kerabat, punggawa dan rakyat.
Dalam budaya Jawa, sungkem juga memiliki makna yang lebih dalam. Sungkem dipandang sebagai suatu bentuk penghormatan yang menunjukkan rasa hormat, sopan santun, dan sikap rendah hati.
Selain itu, sungkem juga dianggap sebagai cara untuk mempererat hubungan antara generasi yang lebih tua dan yang lebih muda serta untuk menjaga keharmonisan di dalam masyarakat.
Selain dilakukan secara fisik dengan membungkukkan badan, sungkem juga dapat dilakukan secara simbolis, seperti dengan mengucapkan kata-kata penghormatan atau memberikan hadiah sebagai tanda terima kasih dan penghargaan.
Biasanya, orang yang lebih tua atau yang lebih senior akan memberikan ucapan dan doa yang baik kepada orang yang melakukan sungkem.
Meskipun tradisi sungkem masih dipraktikkan oleh sebagian besar masyarakat Jawa, namun dalam beberapa tahun terakhir, tradisi ini mulai mengalami pergeseran dan perubahan. Hal ini terjadi karena semakin berkembangnya teknologi dan modernisasi, serta pengaruh budaya Barat yang semakin masif.
Selain apa itu sungkem, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…