Protokol Kesehatan Sekolah Asrama Harus Diperketat
"Protokol kesehatan harus dibuat lebih detail, jelas dan konkrit dan harus diberlakukan jauh lebih ketat dan disiplin," ujar Wakil Ketua Komisi IX DPR Melkiades Laka Lena kepada wartawan, Jumat (10/7/2020).
Dia mengatakan, saat ini sekolah asrama seperti pesantren, seminari, atau secapa TNI memang menjadi salah satu klaster terbesar penularan virus korona. Sebab, potensi penularan COVID-19 akan mudah terjadi jika banyak orang tinggal di satu tempat dengan aktivitas yang intens tanpa menerapkan protokol kesehatan.
Seperti contoh kasus di Secapa TNI AD, Melki bilang, jika ada yang terjangkit diperkirakan semuanya terdampak. Hanya saja imunitas dan kondisi tubuh tiap orang berbeda-beda terhadap COVID-19.
"Masing-masing dampak COVID-19 bervariasi pada orang per orang. Ada yang terkena tapi tanpa gejala, ada yang gejala ringan, sedang dan bahkan berat," katanya.
Baca juga: BKKBN: COVID-19 Bisa Lahirkan SDM Tak Berkualitas
Oleh sebab itu, Melki mengusulkan, agar semua sekolah atau komunitas berasrama secara rutin seminggu hingga dua minggu sekali dilakukan pengecekan melalui rapid test atau PCR oleh pengelola atau pendidik dibantu oleh Pemda atau Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.
Selain itu, penerapan jaga jarak, cuci tangan gunakan sabun, dan menggunakan masker harus jadi kebiasaan dalam hidup sehari-hari. Sehingga, kata dia, pelajaran kasus secapa TNI AD bisa dihindari di waktu mendatang.
"Pemberlakuan protokol kesehatan juga harus dilakukan dan diawasi lebih ketat oleh pendidik atau pengelola disupervisi aparat Pemda dan gugus tugas," kata Melki.
Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto menyebut sebaran penambahan kasus positif yang terbanyak pada Kamis (9/7), didapatkan dari Provinsi Jawa Barat, yakni sebanyak 962 orang dan pasien sembuh dilaporkan 27 orang.
Penambahan angka dari Jawa Barat tersebut didapatkan dari klaster baru Pusat Pendidikan Sekolah Calon Perwira (Secapa) TNI Angkatan Darat, yang didapatkan dari hasil penyelidikan epidemiologi sejak tanggal 29 Juni 2020.
Adapun dari hasil penyelidikan epidemiologi tersebut didapatkan sebanyak 1.262 kasus positif COVID-19 yang terdiri dari peserta didik dan beberapa tenaga pelatih yang ada di sana.