Asal Usul Orang Kalang, Suku yang Mendiami Pulau Jawa Sejak Zaman Batu

Jakarta, era.id - Jika orang Jawa tersohor namanya di Indonesia, lain halnya dengan orang Kalang. Mereka jarang tersiar kabarnya. Dalam buku Die Kalangs auf Java, A. B. Meyer (1877), tertera data lengkap mengenai asal-usul, interpretasi, dan definisi tentang kalang.

Meyer ingin menggarisbawahi asal-usul Kalang yang dianggapnya masih ada hubungan ras dengan negrito atau Semang. Secara fisik, perawakan orang Kalang berbeda dengan orang Jawa kebanyakan. Orang Kalang memiliki tubuh tinggi besar, berkulit hitam, dan berambut keriting.

Sebaliknya, Altona dalam Over den Oorsprong der Kalangs (1923) mengatakan bahwa masyarakat kalang berasal dari kelas terbawah dari kasta Hindu yang ada di Pulau Jawa.

Ia menganggap orang Kalang mirip dengan Candala yang ada di India. Antara kasta Candala dengan orang Kalang memiliki identifikasi yang sama secara sosial dan budayanya.

Lain halnya hasil penelitian Hery Santoso dalam buku Perlawanan Di Simpang Jalan: Kontes Harian di Desa-Desa Sekitar Hutan di Jawa (2004).

Ia mengungkapkan akar sejarah tentang praktik pembangkangan masyarakat sekitar hutan yang menebang kayu secara liar, yang awal mulanya dilakukan oleh orang Kalang (h. 73-78).

Catatan ini didukung oleh prasasti Panggumulan dari tahun 904 M yang menyebutkan adanya "Pandhe Kalang" (orang Kalang sebagai tukang kayu).

Dalam berbagai sumber jurnal maupun buku, dijelaskan bahwa orang Kalang banyak menempati daerah pulau Jawa, entah itu di Jawa Barat, Tengah atau Timur. Dari sumber lain pula, ia  tinggalnya dikisahkan gemar berpindah alias nomaden.

Identifikasinya pun beragam. Mengurucut ke satu tempat, dalam jurnal Muslichin yang berjudul Orang Kalang dan Budayanya: Tinjauan Historis Masyarakat Kalang di Kabupaten Kendal.

Di Kendal, tercipta beberapa mitos bahwa keberadaan orang Kalang secara umum berasal dari mitos sangkuriang. Pendapat ini sangat beralasan, mengingat ritual masyarakat Kalang di tiga kecamatan tersebut, masih terdapat kepercayaan bahwa orang Kalang akan menunggu jejak-jejak anjing yang terdapat dalam daun-daun ploso yang diposisikan tengkurap.

Mereka juga akan menempelkan tiga ujung jari yaitu telunjuk, jari tengah, dan jari manis sebagai bentuk dan wujud dari jejak anjing. Jika ini dilakukan, berarti sang leluhur sudah datang menengok dan menjumpai keluarga yang ditinggalkan.

Tak hanya lewat buku saja dikisahkan, terdapat bukti konkret peninggalan mereka di Situs Kawengan (Kubur Kalang), Desa Kawengan, kecamatan Kedewan, Bojonegoro, Jawa Timur.

Tag: badak jawa