Demam Gowes Sepeda Juga Menjangkiti India
Meski sektor bisnis India menderita sejak lockdown skala nasional mulai diterapkan per Maret 2020, angka penjualan sepeda di negara itu justru meningkat. Hal ini bisa dilihat dari penuturan Tarun Gupta, seorang pemilik toko sepeda, yang berbicara dengan kantor berita DW.
"Setiap tahun, kami melihat puncak penjualan di periode Maret hingga Juni. Namun, selama dua bulan terakhir, penjualan telah meningkat hingga lima kali lipat," katanya. "Keuntungan yang kami dapat sudah bisa mencukupi kami hingga akhir tahun."
Di tengah pandemi korona, pesepeda terus datang ke toko Gupta hingga melebihi jam operasional biasa. Ia mengaku menyambut 50-60 pengunjung setiap harinya, yang beberapa di antaranya mau menggelontorkan uang hingga 800 euro (Rp13,3 juta) untuk membeli sepeda. Biasanya, sepeda murah biasa dijual dengan harga 60 euro saja, atau setara Rp998 ribu.
Sementara itu, klub-klub pesepeda mulai bermunculan di kota-kota seperti New Delhi atau Kolkata. Satu grup sepeda bisa terdiri dari 90 anggota, di mana setengah di antaranya belum pernah bersepeda sebelumnya. Mereka memanfaatkan aktivitas bersepeda bersama untuk lepas dari ritme monoton akibat pandemi korona. "Tak pernah ada rekreasi ke luar ruangan atau berolahraga," kata Gurpreet Singh Kharbanda, seorang warga New Delhi yang menciptakan sebuah grup gowes.
Jika di New Delhi para pesepeda memanfaatkan waktu senggang di akhir pekan dan berkumpul di spot terkenal seperti di depan istana presiden Rashtrapati Bhavan, grup pesepeda di Kolkata berkumpul dan melobi pemerintah agar ada lebih banyak jalur pesepeda di kota itu.
"Yang terjadi di Kolkata adalah bahwa demam gowes ini di satu sisi sangat spontan, namun di sisi lain merupakan sebuah upaya serius dari kami para pesepeda," kata Shiladitya Sinha, seorang penyelenggara klub gowes yang juga mendorong "budaya gowes" di kota tersebut.