Pelajar di 1.300 Titik di Jawa Barat Tidak Bisa Belajar Karena Tak Ada Sinyal
Ketiadaan jaringan internet tersebut dirasakan para pelajar yang tinggal di 1.300 titik blank spot di Jawa Barat. Mayoritas dari mereka tinggal di perkampungan atau desa sekitar hutan.
Untuk mengatasi masalah para pelajar yang tinggal di daerah blank spot, Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat menjalankan sistem belajar luring (offline) lewat kunjungan guru. Sedangkan materi sekolah dikirim melalui Pos.
“Mengapa luring diperlukan, karena ada kurang lebih 1.300 titik yang 1.300 titik ini berada di desa-desa hutan, mereka sebetulnya didrop kuota apa pun memang tidak ada internet. Sehingga ada beberapa hal yang harus dikirim Pos,” kata Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dedi Supandi, dalam konferensi pers, Kamis (16/7/2020).
Pelajar yang tidak terjangkau jaringan internet kebanyakan berada di pinggiran Jawa Barat, terutama di Jawa Barat bagian selatan.
Jika untuk pelajar yang tinggal di daerah berjaringan internet kencang diberikan solusi kuota oleh sekolah melalui dana BOS, maka untuk pelajar di titik blank spot Disdik Jabar bekerja sama dengan PT Pos dalam menyalurkan materi atau modul pelajaran. Materi tersebut dikirimkan ke rumah masing-masing pelajar oleh petugas Pos.
Selain itu, Dedi juga mengumumkan bahwa Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Jawa Barat telah selesai. PPDB tingkat SMA/SMK di Jabar diminati 380 ribu pendaftar. Mereka memperebutkan kuota 283 ribuan. Sementara yang lulus PPDB sebanyak 245 ribuan.
“Jadi kalau dilihat perbedaan antara pendaftar banyak melebihi dari kuota. Tapi yang diterima itu di bawah kuota. Kuota tak terpenuhi kurang lebih 38.400-an,” kata Dedi.
Masih banyaknya kuota yang kosong dinilai terjadi karena belum terbiasanya PPDB secara online. Banyak pendaftar yang memiliki sekolah tujuan yang sama.
Disdik Jabar, kata Dedi, mencatat beberapa sekolah justru tidak bisa memnuhi kuotanya. “Ada beberapa terjadi sekolah yang kosong. Dari yang terendah saya lihat kemarin tidak mencapai kuota, bahkan ada sekolah yang hanya mencapai kuota di 57 persen,” kata Dedi.
Banyak kasus pendaftar yang tertuju pada jurusan atau sekolah tertentu. Contohnya, banyak calon pelajar yang mendaftar ke jurusan perhotelan dan administrasi, sementara jurusan lain seperti bidang logistik kosong.
“Ini bagian dari kurang biasanya sistem baru dan pola pendaftaran online di era pandemi COVID,” kata Dedi.