FBI Kejar Mata-Mata China Sampai ke Kampus Texas

ERA.id - Riset Universitas Texas menemukan aspek penting dari vaksin COVID-19 metode mRNA yang eksperimental namun menjanjikan. Belakangan, FBI mengendus aksi spionase dan pencurian data oleh China di tim riset ini.

Universitas Texas mengirim surel ke para dosen dan peneliti pada Senin (27/7/2020) yang isinya Biro Investigasi Federal AS (FBI) akan mengontak para peneliti di universitas tersebut berkaitan tuduhan pencurian data oleh anggota konsulat China. FBI akan menilik "upaya-upaya dari pemerintah China untuk secara ilegal mendapatkan data riset dari universitas Amerika, termasuk riset virus korona." Demikian seperti dilaporkan koran South China Morning Post yang melihat surel tersebut.

Hubungan diplomatik antara China dan Amerika Serikat (AS) memburuk dalam beberapa minggu terakhir, setelah pemerintahan Donald Trump menuduh konsulat jenderal China di Houston sebagai "sarang" spionase pihak militer China.

Kemajuan riset vaksin COVID-19 Universitas Texas dipakai di beberapa kandidat vaksin korona yang menjanjikan. Tim yang dipimpin asisten profesor Jason McLellan, yang bekerja di Fakultas Biologi Molekuler, mendesain protein pengait sintetis, atau "spike", yang digunakan di dua kandidat vaksin dari perusahaan Moderna dan Novavax.

>

Dan peneliti yang menemukan mutasi genetik yang menstabilkan protein "spike" dari virus korona tersebut adalah seorang asisten riset dari China, Wang Nianshuang.

Notifikasi FBI pada Universitas Texas datang setelah Kementerian Hukum AS bulan ini menahan dua warga China yang dihubungkan ke operasi spionase siber yang mengincar informasi riset vaksin McLellan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying terus terang menyangkal tuduhan FBI. Ia mengatakan bahwa klaim tersebut "absurd". Ia juga mengatakan bahwa China "sudah memimpin dunia" dalam riset vaksin dan tak perlu "mencuri tempat."

Saat ini enam kandidat vaksin COVID-19 dari perusahaan China tengah menjalani uji klinis.

Dalam tahun-tahun terakhir, Washington memang telah menuduh Beijing meniru teknologi penting dengan merekrut peneliti China yang bekerja di AS.

Bulan ini saja, empat warga China telah dihukum atas tuduhan pemalsuan visa serta berbohong mengenai kerja sama mereka dengan pihak militer China dan selama penyidikan kasus pencurian hak cipta AS.

Perubahan kebijakan visa juga mengakibatkan ponsel peneliti doktoral China yang bekerja di Laura and Isaac Perlmutter Cancer Centre di Universitas New York disita pihak keamanan. Ponselnya disita di bandara saat ia hendak pulang ke negaranya.

Universitas Texas sendiri tidak menulis secara spesifik siapa yang menjadi target investigasi FBI. Namun, pihak universitas memahami bahwa apapun yang terjadi pada para peneliti asing, kerja mereka di masa lalu akan terus dihargai.

"Seperti yang telah kami katakan, tim peneliti internasional adalah bagian penting dari komunitas riset kami," kata surel tersebut. "Anda memperkaya memperkaya pengetahuan kami dan merupakan bagian penting dari kesuksesan tim kami."