Meksiko Larang Soft Drink untuk Anak-Anak, Kenapa?
ERA.id - Soft drink termasuk minuman yang kurang baik untuk kesehatan karena mengandung banyak kalori Negara bagian Oaxaca di Meksiko melarang pertokoan ritel menjual soft drink dan makanan berkalori tinggi kepada anak-anak. Pelanggaran atas aturan ini akan berakibat denda atau sampai larangan operasi oleh otoritas.
Dengan aturan tersebut, negara bagian Oaxaca di Meksiko selatan memasukkan makanan dan minuman manis dalam kategori yang sama dengan rokok dan alkohol.
Magaly Lopez Dominguez, pembuat kebijakan di Oaxaca, mengatakan pentingnya memperlambat laju industri gula yang dianggapnya telah "membuat sakit generasi anak-anak negeri ini." Di tempat-tempat terpencil Meksiko, kata Dominguez, obat-obatan sangat sulit didapat, sementara Coca-Cola justru ada di mana-mana.
Rancangan undang-undang penjualan soft drink untuk anak-anak sebenarnya sudah diperkenalkan sejak tahun lalu. Namun, pandemi COVID-19 memberi momentum pengesahan atas aturan tersebut.
Kepala penanggulangan virus korona Meksiko Hugo Lopez-Gatell menamai soft drink sebagai 'racun botolan' dan menuduh pola diet soft drink sebagai penyebab meninggalnya 40.000 orang selama pandemi COVID-19 di Meksiko.
Industri soft drink pun menuduh Lopez-Gatell "menyudutkan aktivitas ekonomi dan produk yang dipilih jutaan orang Meksiko." Dalam sebuah statemen, wakil industri juga menyebut bahwa soft drink hanya menyumbang 5,8 persen kalori harian dari warga Meksiko.
Seperti dilansir The Guardian, tidak ada yang menyangkal cengkraman industri soft drink di Meksiko. Tiap tahunnya, warga Meksiko mengonsumsi 163 liter soft drink, dan angka ini menjadi yang tertinggi secara global.
Sebuah survei El Poder del Consumidor menemukan 70 persen siswa sekolah di daerah miskin negara bagian Guerrero mengaku minum soft drink saat sarapan.
"Yang bisa kamu temukan di komunitas itu hanyalah junk food. Tidak ada akses ke air bersih," kata Alejandro Calvillo, direktur El Poder del Consumidor.
Pada tahun 2014, Meksiko menyetujui pajak gula sebesar 1 peso (setara Rp651) per liter dan konsumsi gula turun 7,5 persen.