Deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Disambut Cibiran dan Komen Negatif

ERA.id - Sejumlah tokoh menghadiri deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) di Tugu Proklamasi, Jakarta, Selasa (18/8). Sejumlah tokoh seperti Din Syamsuddin, Gatot Nurmantyo, Rochmad Wahab, Meutia Farida Hatta, MS Kaban, hingga Rocky Gerung menjadi deklaratornya.

Ada 10 Jati Diri KAMI dan delapan tuntutan untuk pemerintah dan Presiden Joko Widodo yang dibacakan oleh politikus Ahmad Yani. "Saya akan memulai membacakan jati diri koalisi aksi menyelamatkan indonesia (KAMI)," ucap Ahmad Yani.

Beberapa isi jati diri KAMi adalah: KAMI adalah gerakan moral rakyat Indonesia dari berbagai elemen dan komponen yang berjuang bagi tegaknya kedaulatan negara, terciptanya kesejahteraan rakyat, dan terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. KAMI berjuang dan bergerak untuk melakukan pengawasan sosial, kritik, koreksi, dan meluruskan kiblat bangsa dari segala bentuk penyimpangan dan penyelewengan. KAMI berjuang dengan melakukan berbagai cara sesuai konstitusi, baik melalui edukasi, advokasi, maupun cara pengawasan sosial, politik moral, dan aksi-aksi dialogis, persuasif, dan efektif.

Sedangkan, tuntutan dari KAMI antara lain Mendesak penyelenggara negara, khususnya pemerintah, DPR, DPD, dan MPR untuk menegakkan penyelenggaraan dan pengelolaan negara sesuai dengan (tidak menyimpang dari) jiwa, semangat dan nilai Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terdapat Pancasila yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, dan diberlakukan kembali melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dan menuntut pemerintah agar bersungguh-sungguh menanggulangi pandemi COVID-19 untuk menyelamatkan rakyat Indonesia dengan tidak membiarkan rakyat menyelamatkan diri sendiri, sehingga menimbulkan banyak korban dengan mengalokasikan anggaran yang memadai, termasuk untuk membantu langsung rakyat miskin yang terdampak secara ekonomi.

Berbagai cibiran ditujukan kepada deklarasi manuver politik yang dilakukan di tengah pandemi COVID-19 itu. Ketua DPP Golkar, Ace Hasan Syadzily menanggapi deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). Ia menyebutnya sebagai panggung poitik berbungkus gerakan moral.

"Sayang sekali jika situasi pandemi saat ini, yang seharusnya kita bersatu-padu menghadapi COVID-19, ada sebagian elit bangsa ini memanfaatkannya sebagai panggung politik berbungkus gerakan moral, karena tokoh-tokoh yang terlibat dalam gerakan ini merupakan tokoh-tokoh politik," kata Ace saat dihubungi, Selasa (18/8/2020).

Ia menambahkan dalam sistem demokrasi dan konstitusi, setiap orang berhak berkumpul dan menyuarakan pendapatnya. Tapi harus dipahami saat ini situasinya sedang menghadapi pandemi COVID-19. Model deklarasi dengan mengumpulkan orang banyak atau massa, mengabaikan protokol kesehatan karena sulit dihindari untuk tidak menjaga jarak, bukan saja telah menyalahi aturan, tetapi sungguh tidak menunjukan keteladanan bagi rakyat yang diatasnamakannya.

"Sebagai sebuah gerakan penyelamatan, pertanyaannya, apanya yang perlu diselamatkan? Sejauh ini, pemerintahan Jokowi ini merupakan produk dari mekanisme demokrasi yang telah sejalan dengan konsitusi kita dan hasil dari pemerintahan rakyat Indonesia," kata Ace.

Sedangkan Politikus PKB Abdul Kadir Karding menilai, tokoh-tokoh yang tergabung dalam KAMI adalah orang yang belum 'move on' dari Pilpres lalu.

"Dapat dimaknai sebagai koalisi orang-orang yang kalah dalam Pilpres. Karena kalau melihat daftar nama sebagian besar adalah orang-orang yang kecewa ketika Pilpres terdahulu. Ini artinya lanjutan karena jagonya kalah," ujar politisi PKB Abdul Kadir Karding kepada wartawan, Selasa (18/8/2020). 

Politikus PDIP, Kapitra Ampera menilai Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) sebenarnya ingin berkuasa. Mereka ingin masuk ke dalam lingkaran kekuasaan tapi tidak punya tempat.

"Saya pikir ini sangat busuk dan sangat tidak mencerdaskan. Saya pikir bukan saja soal 'move on' (dari pilpres 2019), tapi mereka itu ingin berkuasa sebenarnya, ingin masuk lingkaran kekuasaan tapi tidak punya tempat," kata Kapitra saat dihubungi Era.id, Selasa (18/8/2020).

Menurutnya, mereka yang tergabung dalam KAMI bukan ingin menyelamatkan Indonesia. Mereka justru hanya ingin menyelamatkan eksistensinya di dunia politik dan sosial yang sudah memudar.

Saat ditanya apakah tokoh-tokoh yang mendeklarasikan KAMI akan mampu mempengaruhi opini publik, ia tak berpikir demikian. Sebab Din Syamsuddin pun hadir sebagai personal dan bukan mewakili Muhammadiyah.

"Itu tak ada nilai, orang tahu selama ini, orang-orang yang post power sindrom, yang terjangkit dengan penyakit megalomania, rakyat harus lupakan mereka, mereka tak punya nilai kebangsaan, di tengah pandemi malah sibuk dengan agenda sendiri," kata Kapitra.

Menarik disimak sepak terjang KAMI di kancah sosial politik dalam negeri di masa yang akan depan.