Berbeda dengan Buzzer, Kok Pemerintah Guyur Influencer dengan Duit?
ERA.id - Ditemukannya aliran dana melalui anggaran pemerintah pusat dalam jumlah besar hingga miliaran rupiah ke kantong influencer, banyak diributkan warganet. Sebenarnya apa sih tugas influencer dan apa bedanya dengan buzzer?
Secara permukaan, mereka sama, yakni mencoba peruntungan lewat bisnis digital melalui pelbagai macam platform untuk memanen audiens dan meningkatkan brand awareness.
Menurut Xendit, buzzer adalah individu yang bertugas untuk mengeluarkan post mengenai konten tertentu secara berulang, hingga pesan yang dimaksud berhasil diterima banyak audiens.
Di sisi lain, influencer lahir dari kata influence atau pengaruh, di mana peran mereka adalah untuk mempengaruhi atau menggiring opini followers mereka.
Suara seorang influencer umumnya lebih dihargai dibandingkan pendapat buzzer, maka dari itu mereka tak perlu menyebarkan konten secara berulang kali.
Buzzer dan influencer juga berbeda dari perbandingan jumlah followers. Dilansir dari Gardamaya, buzzer tidak memiliki followers yang banyak dan kadang bekerja dalam tim yang besar, berisi kurang lebih belasan orang.
Hal inilah yang membuat tugas mereka berat. Buzzer wajib menyebarkan konten hingga berujung viral. Tanpa henti dan jeda hingga target tercapai.
Sedangkan, influencer memiliki jumlah audiens dan followers yang banyak, dari ribuan hingga jutaan. Maka dari itu mereka tak perlu bekerja dengan banyak orang dan cukup mempromosikan sebuah brand lewat postingan yang cenderung terukur.
Buzzer dan influencer juga dibedakan tingkat keterlibatan audiens dengan post yang mereka tampilkan. Menurut Xendit lagi, dengan pola penyebaran informasi yang berulang-ulang, audiens cenderung menghindari post yang ditampilkan seorang buzzer. Namun, bukan berarti hal tersebut adalah sesuatu yang buruk. Beberapa followers pasti akan mencoba mengamati pesan yang disampaikan oleh buzzer.
Sebaliknya, engagement rate seorang influencer biasanya jauh lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh interaksi para influencer dengan audiensnya yang terkesan aktif dan terlihat natural. Itu makanya, pemerintah lebih memilih memakai influencer untuk menjalankan ambisi mereka.
Kerja buzzer, menurut Meeberpos, bukan untuk menggiring opini masyarakat, melainkan untuk menyebarkan informasi seluas-luasnya, mencakup audiens dari berbagai rentang usia dan latar belakang.
Beda halnya dengan influencer, tujuan mereka menyebarkan informasi dan memberikan followersnya sebuah opsi yang dapat mereka pilih. Ya, dalam kata lain, influencer mendorong audiesnya untuk menggunakan sebuah produk karena opini mereka dapat dipercaya, sedangkan tugas buzzer hanyalah untuk menyiarkan informasi agar dapat diketahui publik.