Balas Dendam AS Atas Tragedi 11 September

ERA.id - Kejadian ditabraknya Menara Kembar World Trade Center di New York oleh pesawat yang dibajak kelompok Al-Qaeda pada pagi hari pukul 8:46, Selasa (9/11/2001), memulai rangkaian bencana yang dianggap sebagai "serangan paling mematikan terhadap Amerika Serikat" sejak pengeboman Pearl Harbour pada Perang Dunia II.

Pada Selasa pagi kala itu, tak ada yang mengira bahwa sebuah tragedi yang memilukan akan terjadi - yang dampaknya masih sulit dilupakan 19 tahun kemudian.

Pada pukul 08:46, warga New York dikagetkan dengan tertabraknya Menara Utara dari gedung World Trade Center (WTC) di kawasan lower Manhattan oleh pesawat American Airlines 11. Menduga bahwa itu sekadar sebuah kecelakaan tragis, belum ada yang menyangka bahwa pesawat tersebut telah dibajak oleh 19 orang, yang kemudian ditengarai merupakan anggota kelompok milisi Afghanistan Al-Qaeda. Semua yang berada di American Airlines 11 tewas, termasuk 92 penumpang.

Tujuh belas menit kemudian, pukul 9:03 pagi, ternyata giliran Menara Selatan dari gedung itu yang tertabrak pesawat, kali ini oleh penerbangan United Flight 175. Siaran televisi yang menampilkan kejadian di gedung pertama bahkan merekam bagaimana United Flight 175 menabrak Menara Selatan dan meledak. Sejumlah orang terlihat melayang jatuh dari kedua gedung yang terbakar saat itu.

>

Di saat itulah warga setempat meyakini bahwa mereka sedang menyaksikan suatu serangan terorisme.

Namun, rangkaian serangan pada hari itu belum rampung. Serangan lain, lagi-lagi oleh sebuah pesawat, menyasar markas keamanan Pentagon di Washington D.C. pada pukul 9:40 pagi. Seperti dicatat oleh Business Insider, untuk pertama kalinya otoritas penerbangan AS (FAA) memerintahkan semua pesawat untuk mendarat di bandara terdekat.

Bersamaan dengan Menara Selatan WTC yang kolaps, penerbangan United Flight 93 dilaporkan terjatuh di Shanksville, Pennsylvania. Belakangan diketahui bahwa pesawat tersebut pun telah dibajak dan hendak ditabrakkan ke gedung parlemen US Capitol. Namun, penumpang pesawat dikabarkan melawan balik para pembajak hingga terjadinya kecelakaan itu.

Pada pukul 10:28 Menara Utara WTC runtuh. Dalam waktu 12 detik menara tersebut telah hancur seutuhnya. Gedung World Trade Center sudah tidak ada lagi, hanya meninggalkan kobaran asap tebal dan api, serta teriakan dan isak tangis warga New York.

Terdapat 2.753 korban jiwa dalam serangan WTC yang berada di New York. Angka itu mencakup 343 petugas pemadam kebakaran dan paramedis, serta 60 polisi yang turut menjadi korban karena bergegas menyelamatkan korban dalam serangan pertama.

Pada akhirnya, terdapat 44 korban jiwa di Shanksville dan 184 korban jiwa di Washington, D.C. Bila ditotal, jumlah korban tewas dalam serangan teroris - yang kini dinamai Tragedi 9/11 itu - mencapai 2.977 orang.

Bangkit dari Abu

Selama berbulan-bulan setelah tragedi 9/11, warga Amerika Serikat bahu membahu menolong mereka yang terdampak oleh kejadian itu. Ratusan orang turut terlibat dalam proses penyelamatan berlangsung hingga 9 Oktober 2001. Bank darah kewalahan menampung donasi darah yang diberikan para warga.

Bruce Mann, seorang arkeolog dari Aberdeenshire, Inggris, yang menjadi salah satu saksi mata kejadian 9/11 ingat saat itu ia harus menginap di hotel sembari para petugas penyelamatan "tak henti-hentinya mengumpulkan bagian-bagian tubuh jenazah" di sekitar bekas menara WTC, seperti diceritakan oleh BBC. Ia baru bisa kembali ke Inggris 9 hari setelah kejadian tersebut.

Sementara itu, Emily Sussell yang bersekolah di dekat area WTC mengaku masih duduk di kelas 6 SD ketika tragedi itu terjadi. Ia mengaku, seperti warga Amerika lainnya, proses pemulihan traumanya terjadi perlahan-lahan. Ia masih ingat bagaimana debu beracun dari reruntuhan gedung merebak di dekat rumahnya. Bahkan keluarganya saat itu memutuskan untuk tidak kembali ke rumah selama 2 pekan.

"Itu merupakan kejadian paling menakutkan yang pernah terjadi dalam hidupku, namun, aku berhasil bertahan. Jadi aku yakin bahwa aku memiliki lebih banyak keberanian sekarang," kata Emily, sepuluh thaun kemudian.

"Semua ini membuat aku bersyukur pada apapun yang terjadi pada hidupku."

Dua lampu suar dinyalakan di bekas lokasi gedung World Trade Center selama peringatan 11 September.

Di tahun 2001 itu, selagi warga berusaha menanggulangi trauma dan kehilangan, suatu deklarasi oleh Presiden George W. Bush pada 20 September 2001 menjadi tonggak penting bagi kebijakan AS di tahun-tahun yang akan datang.

Perang Melawan Teror

Dalam sebuah pidato di depan Kongres AS dan kepada seluruh warga AS, pada 20 September 2001, Presiden Bush mendeklarasikan 'War on Terror', atau Perang terhadap Teror.

"Perang kita terhadap teror dimulai dengan menyasar Al-Qaeda, namun, kita tak akan berhenti di mereka. Upaya kita ini tidak akan berhenti hingga setiap kelompok terorisme berhasil ditemukan, dihentikan, dan dikalahkan," kata Presiden Bush.

Al-Qaeda merupakan kelompok milisi Afghanistan yang didirikan oleh Osama bin Laden pada dekade 1980an untuk mengusir Uni Soviet, kini Rusia, dari negara mereka. Setelah hengkangnya Uni Soviet, kelompok yang mengikuti pandangan wahhabi yang keras ini ingin menaklukkan seluruh pemerintahan di Timur Tengah, namun terhambat oleh pemerintahan sejumlah negara yang mendapat dukungan politik dan dana dari Amerika Serikat.

Amerika Serikat, yang masih belum menerima adanya tragedi 9/11, sendiri mengumumkan Operation Enduring Freedom, yang dikatakan oleh Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld "akan berjalan hingga bertahun-tahun."

Gertakan pertama AS adalah melakukan operasi udara bersama pasukan Inggris untuk menyerbu markas Al-Qaeda dan Taliban, kelompok ekstrimis Islam lainnya, di Afghanistan. Pada 19-20 Oktober 2001 serangan darat mulai dilancarkan di Kandahar, Afghanistan. Beberapa pekan kemudian, Inggris, Turki, Jerman, Italia, Belanda, Prancis dan Polandia - semua negara tersebut menyatakan akan mengirim pasukan ke Afghanistan.

Selama bertahun-tahun, perang berkecamuk di Afghanistan. Namun, satu peristiwa penting yang terjadi adalah pada 2 Mei 2011, yaitu terbunuhnya pendiri dan pimpinan Al-Qaeda Osama bin Laden di Abbottabad, Pakistan, oleh pasukan elit AS.

Wakil Presiden Joe Biden, Presiden Barack Obama, dan sejumlah anggota kabinet melihat perkembangan misi penangkapan Osama bin Laden dari Gedung Putih, 1 Mei 2011. (CNN)

Dalam operasi yang berjalan selama 40 menit itu, 25 anggota pasukan elit Navy Seal berhasil memasuki kediaman bin Laden dan menemukan sang buron di lantai ketiga gedung tersebut. Osama bin Laden tewas oleh tembakan yang tepat mengenai area atas pelipis kirinya. Jenazah Osama bin Laden diidentifikasi oleh teknologi tes DNA, facial recognitian dan pengakuan langsung oleh satu dari tiga istri Bin Laden, yang kemudian diwawancari tim intelijen AS.

Total terdapat tiga pria dan satu perempuan, semuanya orang dekat bin Laden, yang tewas dalam operasi tersebut. Pada hari itu juga, 2 Mei 2011, jenazah Osama bin Laden dikuburkan di laut dengan prosesi seturut tatacara Islam dari atas kapal perang USS Carl Vinson.

Dalam waktu-waktu kemudian, warga Amerika Serikat diberitahu bahwa Osama bin Laden telah terbunuh di Pakistan. Departemen Pengadilan secara formal juga membatalkan seluruh tuduhan kriminal terhadap bin Laden pada 17 Juni 2011.

Pada 1 November 2017, CIA merilis sejumlah dokumen - jurnal, rekaman, termasuk flash drive yang dikatakan Kepala CIA Mike Pompeo berisi konten pornografi - yang dikatakan berasal dari penggeledahan rumah bin Laden pada tahun 2011.