Dilema Cinta atau Perkosa dalam Kontroversi Mary Kay Letourneau
ERA.id - Distrik Highline di kota Seattle, Amerika Serikat, dicengangkan oleh sebuah rumor pada musim panas tahun 1996: seorang guru perempuan, berumur 34 tahun, dikabarkan telah hamil karena bersetubuh dengan muridnya sendiri, anak berumur 13 tahun yang masih duduk di bangku kelas 6 SD.
Berita itu tampil di halaman pertama koran Seattle Times yang menyebutkan bahwa si perempuan dewasa "menperkosa" anak di bawah umur. Berita tersebut sontak jadi bahan gosip di seantero kota.
David Gehrke, seorang pengacara di distrik Highline, menceritakan suasana saat itu kepada kanal televisi 7News Spotlight.
"Saat itu orang sudah mulai bertanya-tanya. Siapa yang bisa melakukan hal semacam itu? Banyak guru juga saling menebak. Lalu, pada suatu Jumat petang, saya mendapat satu telepon dari teman dekat saya, Mary."
Gehrke pun seketika tahu apa yang sedang terjadi, dan guru yang melakukan hubungan seksual dengan murid kelas 6 SD itu adalah perempuan yang sedang meneleponnya saat itu, Mary Kay Letourneau.
Cinta atau Perkosa?
Berdasarkan banyak laporan, Mary, seorang guru perempuan berumur 34 tahun, pada tahun 1996 itu ditemukan polisi sedang bersama Vili Fualaau, yang merupakan salah satu muridnya. Namun, meski polisi mencurigai sesuatu, mereka tidak menyelidiki Mary lebih lanjut. Namun, Mary ditangkap polisi satu tahun kemudian, sudah dalam kondisi hamil, karena dituduh melakukan pemerkosaan terhadap Vili yang masih di bawah umur.
Mary pun dipenjara selama beberapa bulan. Ia dibebaskan bersyarat, yaitu tidak boleh bertemu dengan Vili. Namun, Mary seperti diketahui, langsung melanggar syarat tersebut dan bertemu Vili begitu lepas dari penjara. Sekali lagi, Mary hamil anak kedua dari muridnya tersebut dan akan melahirkan di penjara, karena ia dihukum mendekam di penjara selama enam tahun.
Santer bahkan di media internasional, kasus aktivitas seksual Mary menjadi buah bibir masyarakat. Sebagai orang dewasa, Mary dituduh sebagai pemerkosa karena korban yang ia ajak bersetubuh adalah seorang remaja di bawah umur yang dianggap belum mampu memberikan persetujuan terhadap aktivitas seksual semacam itu.
Namun, pada tahun 2005, selepas terbebas dari penjara, drama Mary belum berakhir. Ia akhirnya menikah dengan Vili Fualaau, seseorang yang telah ia perkosa beberapa tahun sebelumnya. Ketika menikah itu, Mary, 43 tahun, dan Vili, 22 tahun, sudah memiliki dua anak perempuan.
Pernikahan yang cukup langgeng dalam standar normal - umur pernikahan mereka mencapai 14 tahun, meski keduanya harus bercerai beberapa bulan sebelum Mary meninggal karena kanker, Juli 2020 - itu sempat mengundang perhatian juga.
Pada tahun 2015 lalu, di usia pernikahan 10 tahun, keduanya menyampaikan perasaan masing-masing mengenai latar belakang mereka di dekade 1990an. Seperti dilansir the Washington Post, Vili mengaku cukup frustrasi atas anggapan bahwa ia adalah korban pemerkosaan. Sementara itu, Mary mengaku masih bisa berharap bisa diberi kesempatan mengajar lagi.
Gunjing Panas Kanak-Dewasa
Perjalanan kasus hubungan romantik, yang berujung seksual, antara Mary dan muridnya, Vili, pun berada di tengah perubahan paradigma masyarakat Barat di era 1990an dan 2000an mengenai cara memandang hubungan seksual antara dua manusia. Mary sendiri mengaku bahwa ia dan Vili adalah dua sejoli. Ia pun juga kukuh mengatakan bahwa Vili-lah yang selalu mengejarnya. (Hal ini diakui Vili, kini 34 tahun, di wawancara dengan 7News Spotlight).
Dalam tulisan di Washington Post, Monica Hesse mengaku tak percaya dengan seluruh narasi yang disampaikan Mary.
"Maukah kita percaya padanya? Apakah kita mau percaya begitu saja bahwa kisah yang begitu mengusik hati nurani itu bisa berakhir bahagia?" kata Hesse. "Atau apakah kita selamanya akan curiga bahwa penderitaan telah begitu mendalam bagi sang korban, sehingga ia harus merasa bahagia agar hidupnya terasa masuk akal?"
Pandangan Hesse yang, secara masuk akal, menyayangkan hubungan Mary-Vili mewakili standar etika di masyarakat Barat yang menganggap bahwa hubungan intim antara orang dewasa dengan anak remaja adalah salah, bila bukan tabu. Pada tahun 2017, publik Prancis geger karena pengadilan meloloskan dua pria dewasa berumur 28 tahun yang bersetubuh dengan beberapa perempuan berusia 11 tahun.
Situasi itu terjadi karena sebelum tahun 2018, Prancis belum mendefinisikan "umur dewasa", yaitu ketika seorang remaja dianggap mampu membuat persetujuan mengenai ajakan berhubungan intim. Baru pada tahun 2018, Prancis menyebutkan bahwa the age of consent di negara tersebut terpatok pada umur 15 tahun. Baru mulai saat itu, seorang dewasa, pria atau perempuan, yang berhubungan badan dengan anak di bawah 15 tahun dianggap melakukan pemerkosaan, apapun situasinya.
Hoko Horii, pengajar di the Van Vollenhoven Institute di Universitas Leiden, Belanda, mengatakan bahwa "umur dewasa" di jaman modern cenderung lebih tinggi. Berdasarkan penelitiannya, sebelum abad ke-20, seorang anak masih boleh dinikahkan ketika berumur 12-14 tahun. Saat ini, angka rata-rata global untuk standar umur dewasa adalah 16 tahun.
Horii melihat bahwa makin tingginya standar umur dewasa di jaman modern dipengaruhi oleh perubahan pandangan terhadap dunia anak.
"Konsepsi modern mengenai masa kanak-kanak adalah bahwa anak-anak merupakan mahkluk yang "lugu, murni, dan rentan," kata dia.
Oleh karena itu, kebijakan masyarakat mengenai kaum kanak-kanak umumnya berusaha melindungi, meski juga mengecilkan, kapasitas individualitas mereka.
Horii juga menyebutkan adanya sejumlah putusan, misalnya di Indonesia dan Jepang, di mana hukuman diberikan untuk menjaga tatanan moral suatu masyarakat. Di Jepang bahkan ada aturan bernama inko-jorei yang menghukum orang dewasa yang berhubungan seks dengan remaja di bawah 18 tahun. Ia berkata bahwa aturan itu "bertujuan menciptakan pendidikan yang baik bagi kaum muda."
Vili Fualaau, ditanyai lagi dua puluh tahun sejak ia mulai dekat dengan guru SD-nya soal apa yang akan ia katakan pada dirinya di masa itu, ia berkata, "Jangan sekali-kali lakukan hal itu."
Ia mengaku tidak menyesali apapun yang telah terjadi karena ia menyayangi kedua anak perempuannya. Keduanya telah beranjak dewasa dan telah menempuh kuliah.
Mary Kay sendiri telah meninggal pada bulan Juli lalu, karena kanker. Namun sebelum meninggal, dalam berbagai wawancara ia mengaku mencintai Vili, bahkan cintanya jauh lebih kuat daripada ketika mereka berdua dulu bertemu di sekolah dasar Shorewood Elementary dan melampaui suatu tabu sosial di musim panas 1996.