Fitnah Jenderal Ahmad Yani Gara-Gara Mercedes Benz
ERA.id - Mantan Menteri Panglima Angkatan Darat, Letnan Jendral Ahmad Yani disebut juga punya 'sampingan' sebagai seorang pengusaha otomotif mobil Mercedes Benz di Indonesia dengan sejumlah koleksi sedan mewah.
Orang-orang yang tak menginginkannya menduduki jabatan tertinggi AD kemudian memfitnah Yani melakukan korupsi karena memiliki sedan mewah Mercedes Benz.
Pengangkatan Yani menjadi orang nomor satu di AD menimbulkan kecemburuan sebab bukan perwira paling senior hingga dituding menyalahi tradisi senioritas TNI AD karena saat itu tak banyak perwira tinggi yang lebih senior dari Yani.
Hasjim Ning dalam otobiografinya "Pasang Surut Pengusaha Pejuang" mengisahkan bahwa perkara itu sampai ke telinga Presiden Soekarno hingga diperintahkan untuk mengecek kebenarannya dengan menanyakan Hasjim Ning, keponakan Bung Hatta yang merupakan sahabatnya sekaligus sahabat Yani.
“Kepada Bung Karno aku terangkan bahwa Mercedes itu diperoleh Ahmad Yani atas usaha aku dengan Suwarma yang menjadi dealer Mercedes di Indonesia. Dan persetujuan perwakilan Mercedes".
"Rupa-rupanya, Bung Karno juga menanyai Suwarma dan kepala perwakilan Mercedes itu. Aku pikir, Bung Karno ingin Ahmad Yani mempunyai nama yang bersih apabila ia sampai diangkat jadi KSAD,” kata Hasjim dalam biografinya.
Tidak banyak rekam jejak yang menceritakan penggunaan Oldsmobile 98 oleh Ahmad Yani dalam kesehariannya. Termasuk informasi dari Petugas Pemandu Wisata Monumen Pancasila Sakti, M Rochmat.
"Setahu saya Bapak Ahmad Yani selalu pakai mobil itu untuk keperluan berdinas. Kalau untuk perjalanan keluarga biasanya pakai 'mobil preman' (kendaraan berplat hitam biasa)," katanya sepert dikutip dari Antara.
Rochmat mengatakan hobi mengoleksi kendaraan pabrikan Eropa oleh Ahmad Yani tidak lepas dari pergaulan selama menempuh pendidikan di Command and General Staff College, Forth Leaven Worth, Kansas, Amerika Serikat, pada 1955 dan Spesial Warfare Course, Inggris, pada 1956.
Pendidikan itu ditempuh setelah Ahmad Yani bertugas di balik meja Staf Angkatan Darat usai menumpas pemberontakan DI/TII.
Bekal pendidikan yang diperolehnya di luar negeri langsung diuji di lapangan ketika Yani dipercaya memimpin Operasi Tujuh Belas Agustus untuk mengatasi pemberontakan PRRI pada 1958.
Keberhasilan memimpin operasi tersebut membuat bintang Yani terang. Puncaknya, ketika Indonesia sedang gencar mengupayakan pembebasan Irian Barat, Yani diangkat oleh Presiden Sukarno menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat (Menpangad) dan pangkatnya dinaikkan menjadi letnan jenderal sebelum ia terbunuh dalam peristiwa G30S/PKI.