Adian Tuding Erick Thohir Berambisi Jadi Presiden 2024

ERA.id - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perhimpunan Nasional Aktivis 98 (Pena 98), Adian Napitupulu mengomentari pernyataan Menteri BUMN, Erick Thohir saat wawancara dengan Karni Ilyas yang ditayangkan di kanal YouTube Karni Ilyas Club.

Adian mengutip pernyataan Erick yang berharap Kementerian BUMN sebaiknya tak lagi menggunakan APBN dan dapat 'hidup' lewat embagian deviden dari perusahaan pelat merah. Adian menyebut pernyataan Erick itu cukup berbahaya.

"Menurut saya ini pernyataan berbahaya yang bisa mengubah negara menjadi perusahaan yang dibiayai oleh laba usaha semata-mata. Ini bukan pernyataan main-main, ini pernyataan yang keluar dari mulut seorang menteri yang tentunya tidak bisa dianggap remeh, karena terkait dengan konstitusi dan ideologi negara," ujar Adian dalam keterangannya, Minggu (1/11).

Anggota Komisi VII DPR ini kemudian menyarankan Erick mempelajari, bahwa mengelola negara bukan hanya sekadar berapa angka uang, tetapi di dalamnya ada mekanisme konstitusi dan kontrol melalui parlemen.

Sehingga penentuan anggaran kementerian juga harus persetujuan DPR dan pemerintah. Bukan main asal ambil 1 persen laba BUMN. Politikus PDI Perjuangan ini lebih lanjut mengatakan, negara bisa mendapatkan uang dari berbagai sumber. Baik itu deviden BUMN, pajak dan sebagainya.

Namun, semua uang itu tidak serta merta bisa dicomot begitu saja, karena penggunaanya akan diatur melalui APBN yang dibuat bersama oleh DPR dan pemerintah. Kemudian menjadi undang-undang dan berikutnya DPR diberi kewenangan untuk mengawasi penggunaan anggaran itu. 

"Mekanisme ini tidak bisa dilanggar, walaupun deviden BUMN berjuta juta kali lipat dari APBN," ucapnya. 

Adian juga menyebut, pernyataan Erick di sisi lain menunjukan benar-benar tidak memahami apa itu APBN yang diatur dalam konstitusi.

"Tidak mengerti tentang tata kelola negara dan BUMN sebagai badan usaha milik negara, bukan negara milik badan usaha. Saya tidak tahu apa maksud dari pernyataan Erick Thohir, apakah pernyataan yang lahir dari ketidakmengertian atau dari kesombongan sebagai menteri yang mengelola asset terbesar," katanya. 

Meski demikian, Adian berharap Erick Thohir tidak berniat meniadakan atau mengerdilkan peran DPR dan presiden dalam menyusun anggaran kementriannya. 

"Pernyataan kedua di menit ke-34 detik ke-30, membuat saya cukup terganggu ketika Erick Thohir mengatakan presiden juga titip Komisaris," ucap Adian. 

Salah satu pentolan aktivis 98 ini berharap maksud dari pernyataan Erick bukanlah presiden menitip, tetapi memerintahkan untuk menempatkan.

Karena, makna kata "menitip" dan "memerintahkan" adalah dua hal yang sangat berbeda. Menurutnya, kata "menitip" menempatkan presiden sebagai pemohon dan Erick Thohir sebagai penentu. 

"Melalui pernyataannya itu Erick Thohir menempatkan dirinya seolah berada di atas presiden atau dengan kata lain, presiden yang menjadi pembantu dan Erick yang menjadi presiden," katanya. 

Adian kembali menyatakan, tidak tidak mengerti mengapa ucapan yang memutarbalik posisi menteri dan presiden bisa diucapkan oleh Erick. Ia kembali mempertanyakan maksud dan tujuan dari pernyataan tersebut.

"Apakah ucapan itu ekspresi spontan dari imajinasi terpendam untuk menjadi capres 2024 atau tidak, saya juga tidak mengerti. Saya berharap telinga saya salah mendengar atau nalar saya salah memaknai apa yang saya dengar," tuturnya.