Heboh! Ketua KPK Klaim Sudah Baca Buku 'How Democracies Die' Sejak 2002, Padahal..
ERA.id - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri menyinggung Anies Baswedan, usai Gubernur DKI itu membaca buku How Democracies Die. Kata Firli, buku yang dibaca Anies merupakan buku lama. Ia dengan percaya diri sudah membacanya jauh sebelum dibaca Anies.
"Kemarin saya lihat ada di media, Pak Anies membaca How Democracies Die. Sebelum itu ada bukunya Why Nations Fail, itu sudah lama saya baca Pak, Tahun 2002 saya sudah baca buku itu," ujar Firli, di Gedung Merah Putih KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Selasa (24/11/2020), lewat akun Youtube resmi KPK.
"Di situ (buku How Democracies Die) dikatakan salah satunya negara banyak gagal munuju tujuannya karena korupsi," ucapnya.
Menurutnya, perilaku korupsi dapat merusak seluruh sendi kehidupan. Penanganan korupsi, kata dia dapat dilakukan dengan tiga cara. Pertama, penyelamatan keuangan dan negara. Kedua, menjamin tersampaikannya hak-hak politik dan sosial. Ketiga, menjamin keselamatan bangsa dan warga negara.
"Tiga hal itu yang harus kita pahami kenapa kita harus melakukan pemberantasan korupsi," katanya.
Setelah era.id mengecek tahun penerbitan kedua buku tersebut, yakni "How Democracies Die" dan "Why Nations Fail", kalimat yang dilontarkan Firli jelas keliru. Buku How Democracies Die yang ditulis oleh Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt, baru diterbitkan pada 2018 di Amerika. Sementara di Indonesia, terjemahannya baru diterbitkan oleh GPU dengan judul "Bagaimana Demokrasi Mati" pada 2019 lalu.
Buku ini pernah diresensi Saidiman Ahmad, sederhananya, Saidiman menulis, Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt dalam buku How Democracies Die, mendeteksi tanda-tanda kematian demokrasi. Mereka menemukan, bahwa saat ini ancaman terhadap demokrasi tidak lagi datang dari sekelompok militer yang merancang kudeta.
Sementara buku Why Nations Fail, yang ditulis Daron Acemoğlu, James A. Robinson, baru diterbitkan pada 2012 lalu. Sebelumnya, buku ini sempat disebut-sebut oleh Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto.
Faktanya, tak ada dari kedua buku ini yang diterbitkan pada tahun 2002. Lantas, Firli Bahuri membaca apa dan membahas apa dalam komentarnya kepada media, sementara buku itu belum terbit tahun 2002.