Ternyata Fenomena Beranak dalam Kubur Benar-Benar Ada, Berikut Fakta Ilmiahnya

ERA.id - Mendengar istilah 'beranak dalam kubur' ingatan kita akan kembali pada sebuah film tahun 1972 yang dibintangi Suzanna dengan judul yang sama: Beranak Dalam Kubur. Fenomena beranak dalam kubur dalam film drama-horor itu ternyata bukan sekadar mitos dan isapan jempol belaka. 

Faktanya fenomena tersebut memiliki penjelasan ilmiah dengan nama medis coffin birth. Hal itu terungkap pada tahun 2010. Saat itu, ditemukan makam seorang wanita yang diduga meninggal pada abad ke-7 atau ke-8 masehi di Bologna, Italia.

Pada liang lahat wanita tersebut ditemukan kerangka bayi yang terletak di antara tulang kaki si wanita. Para ilmuan meyakini bahwa penampakan tersebut merupakan fenomena beranak dalam kubur.

Kasus itu pun diteliti oleh para ahli dari dua universitas di Italia. Penelitian tersebut dipublikasi di World Neurosurgery, demikian dikutip dari Smithsonian Mag. Para peneliti dari University of Ferrara dan University of Bologna memperkirakan, wanita yang diduga beranak dalam kubur itu berusia antara 25-35 tahun.

Usia janin berdasarkan panjang tulang paha adalah sekitar 38 minggu. Sedangkan kehamilan jangka penuh adalah 40 minggu. Kesimpulannya, si ibu sebetulnya sudah dekat masa kelahiran bayinya sebelum akhirnya meninggal.

Caption

Anehnya, di dalam kubur, janin berada dalam posisi yang tidak biasa, kepala dan dadanya berada di antara paha si Ibu. Tetapi kakinya berada di rongga panggulnya, seolah-olah telah dikeluarkan sebagian.

Untuk itu, para peneliti memutuskan, konsisten dengan fenomena yang dikenal sebagai coffin birth. "Serviks (leher rahim) seharusnya dalam posisi tak relaks setelah rigor mortis (pembengkakan tubuh usai meninggal) menghilang," kata dokter kandungan Jen Gunter kepada Forbes.

"Saya menduga bahwa yang terjadi adalah tekanan dari gas yang menumpuk, dan janin yang mati dihantarkan melalui rahim ke dalam vagina, karena vagina jauh lebih tipis daripada leher rahim. Seperti ditiup," ujar Gunter.

Fenomena ini kemudian menjadi sangat langka dikarenakan sudah jarang jasad atau mayat yang diawetkan dahulu sebelum dikubur. Selain ditemukan tulang belulang kecil, di tengkorak sang ibu juga ada lubang.

Menurut makalah, tim peneliti percaya bahwa lubang itu, yang dibor di tengah tengkorak, disebabkan oleh trepanasi. Sebuah praktik medis lama mengebor lubang di tengkorak untuk mengobati berbagai penyakit.

Penampakan kerangka wanita yang diduga beranak dalam kubur. (Foto: livescience.com)

Jadi mengapa tengkorak seorang wanita hamil besar itu dibor? Menurut peneliti, mungkin ada hubungannya dengan pre-eklampsia. "Karena trepanasi pernah sering digunakan dalam pengobatan hipertensi untuk mengurangi tekanan darah di tengkorak, kami berteori bahwa lubang ini mungkin terkait dengan pengobatan gangguan kehamilan hipertensi seperti preeklampsia," tulis para peneliti dalam makalah mereka, dikutip dari Science Alert.

Kemudian pada kasus yang kedua, ekstrusi janin postmortem atau beranak dalam kubur yang didokumentasikan, dijelaskan dalam ringkasan medis Anomali dan Keingintahuan Kedokteran dari Gould and Pyle 1997, pertama kali diterbitkan pada tahun 1896.

Kasus paling awal yang disajikan, terjadi pada tahun 1551 ketika seorang wanita hamil diadili dan digantung oleh pengadilan Inkuisisi Spanyol. Empat jam setelah kematiannya, dan sementara tubuh masih tergantung di leher, dua bayi yang meninggal terlihat jatuh bebas dari tubuh.

Hal ini tidak biasa untuk waktu yang singkat antara kematian dan pengiriman postmortem. Karena tidak ada informasi yang diberikan mengenai keadaan ambien lainnya, tidak jelas apakah timbulnya pembusukan dipercepat, atau jika faktor penyebab lain sedang bekerja.

Lalu kasus yang ketiga, melalui penelitian dengan cara metode Lasso, pada 2008, tubuh seorang wanita berusia 38 tahun, hamil tujuh bulan, ditemukan di lapangan terbuka empat hari setelah dia menghilang dari kediamannya di Panama.

Saat itu, sebuah kantong plastik telah tertinggal di kepalanya, dan dia telah disumbat; kasus itu diputuskan sebagai pembunuhan. Tubuhnya menderita panas tropis dan kelembapan tinggi, membengkak dan sangat berubah warna.

Saat otopsi, sisa-sisa janin ditemukan di pakaian dalam wanita tersebut. Meski janin dalam keadaan dekomposisi yang sama, tali pusar masih utuh dan masih menempel pada plasenta di dalam rahim.

Ini adalah kasus forensik pertama, di mana dapat disimpulkan bahwa fenomena beranak dalam kubur telah terjadi berdasarkan posisi jenazah dan keterikatan yang jelas dari tali pusat ke plasenta yang tidak keluar.