Tak Seperti Bulan Lain, Februari Hanya 28 Hari, Kok Bisa?
ERA.id - Kenapa bulan Februari hanya ada 28 hari, sementara bulan-bulan lainnya bisa sampai 31 hari? Apa yang membuat bulan Februari berbeda dengan bulan lainnya?
Ternyata dari sejarah singkatnya, pada zaman Romawi dulu, awal tahun itu dimulai dari bulan Maret, yang merupakan bulan setelah Februari. Awalnya kalender romawi hanya memiliki 10 bulan, dan diawali bulan Maret dan akhirnya tetap pada bulan Desember.
Hal itu bisa dibuktikan dan ditelaah dari nama-nama bulan di kalender tersebut, yang merupakan angka dalam bahasa latin. Contohnya, Desember berasal dari kata Decem, yang berarti “Sepuluh”; November berasal dari kata Nona, yang berarti “Sembilan”; Oktober berasal dari kata Okta, yang berarti “Delapan”; September berasal dari kata Septa, yang berarti “tujuh”; dan seterusnya.
Secara lengkapnya, bulan-bulan itu terdiri dari Martius (31 hari), Aprilis (30 hari), Maius (31 hari), Junius (30 hari), Quintilis (31 hari), Sextilis (30 hari), September (30 hari), October (31 hari), November (30 hari), dan December (30 hari).
Seiring berjalannya waktu, disadari bahwa dengan hitungan tersebut, jumlah hari dalam satu tahun hanyalah 304 hari. Ini tidak bisa sesuai dengan perubahan musim.
Pada tahun 700SM, Raja Numa Pompilius menambahkan jumlah bulan yang awalnya hanya ada 10 menjadi 12. Ini dilakukan demi menyesuaikan dengan perubahan musim. Maka, muncullah bulan Januari dan Februari. Kedua bulan itu adalah bulan terakhir dalam setahun.
Berkat penambahan dua bulan ini, jumlah hari dalam satu tahun pun menjadi 354 atau 355 hari. Dengan hitungan hari sebagai berikut: Martius (31 hari); Aprilis (29 hari); Maius (31 hari); Junius (29 hari); Quintilis (31 hari); Sextilis (29 hari); September (29 hari); October (31 hari); November (29 hari); December (29 hari); Ianuarius (29 hari); dan Februarius (28 hari).
Setelahnya, hitungan tanggal tersebut masih dinilai bermasalah karena tidak sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada alam.
Era dan jumlah hari di kalender pun berganti. Julius Caesar menggenapi 1 tahun menjadi 365 hari dan setiap 4 tahun sekali berumur 366 hari atau disebut tahun kabisat.
Pada awalnya, Julius Caesar menetapkan bulan Februari ada 29 hari, dan pada tahun kabisat menjadi 30 hari. Setelah masa kepemimpinannya berakhir, dan digantikan oleh Kaisar Agustus, lagi-lagi terjadi perubahan pada kalender.
Kaisar Agustus mengubah bulan Sextilis menjadi Augustus (Agustus) untuk mengabadikan namanya. Dan jika pada kalender sebelumnya bulan ini hanya berjumlah 30 hari, kali ini ditambah 1 hari menjadi 31 hari. Penambahan hari di bulan Agustus itu tidak diiringi dengan penambahan jumlah hari dalam satu tahun. Kaisar Agustus mengambil 1 hari dari bulan Februari lalu dipindahkan ke bulan Agustus.
Nah, itulah sebabnya kenapa bulan Februari sampai saat ini hanya punya 28 hari, atau 29 hari pada tahun kabisat. Seiring berjalannya waktu, kalender Romawi ini lagi-lagi menunjukkan adanya kesalahan. Alhasil, Paus Gregorius XIII selaku pimpinan gereja Katolik di Roma (1582) mengoreksi dan mengeluarkan beberapa keputusan yang salah satunya adalah penetapan 1 Januari sebagai awal tahun baru. Bukan lagi Maret seperti sebelum-sebelumnya. Ini bertahan hingga saat ini, dengan kalender Masehi telah diterima oleh seluruh dunia.