CDC China: Generasi Awal Vaksin Sinovac Mungkin Perlu Diformat Ulang

ERA.id - Vaksin COVID-19 yang menggunakan virus inaktif, seperti vaksin Sinovac Biotech, tidak terlalu efektif jika menyasar varian virus baru sehingga mungkin perlu 'diformat' ulang, demikian disampaikan oleh Shao Yiming, peneliti dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian (CDC) China.

Berbicara ke media nasional Global Times, Shao menegaskan bahwa generasi awal vaksin COVID-19 tidak akan mampu menghentikan penyebaran infeksi secara paripurna mengingat virus terus bermutasi.

"Namun, bukan berarti vaksin tersebut tidak berguna sama sekali dalam melawan virus," kata dia.

Shao mengatakan bahwa antibodi yang diproduksi vaksin COVID-19 virus inaktif, seperti yang dibuat Sinovac dan juga China National Pharmaceutical Group (Sinopharm), masih mampu menetralisir infeksi dari mutasi virus korona yang muncul di Inggris dan Afrika Selatan. Tapi, efektivitasnya berkurang.

Hal ini membuka kemungkinan formasi ulang vaksin Sinovac, dan ini bisa dilakukan. Proses seperti ini butuh waktu 2 bulan, kata Shao yang juga anggota Komite Penasihat Vaksin di Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Kekhawatiran memang muncul akhir-akhir ini perihal apakah vaksin COVID-19 yang diproduksi tahun lalu mampu menangani varian virus baru yang kabarnya memuat sejumlah mutasi. Vaksin inaktif buatan China sendiri diproduksi menggunakan varian yang menyebar di Kota Wuhan di akhir tahun 2019.

Produsen vaksin lainnya, Moderna Inc, pada Senin mengumumkan akan menguji dosis pemacu (booster) yang menarget karakteristik varian virus korona asal Afrika Selatan. Perusahaan tersebut juga menemukan bahwa respons antibodi cenderung menurun bila menghadapi varian virus COVID-19 baru, melansir Reuters.

Namun, formulasi ulang vaksin buatan Moderna, yang memakai teknologi messenger RNA (mRNA), bisa dilakukan dengan lebih cepat dibandingkan dengan vaksin buatan China. Seperti dikatakan Shao, vaksin mRNA tidak perlu melewati proses pembiakan dan inaktivasi virus.

Vaksin COVID-19 Sinovac saat ini telah dikirimkan ke banyak negara, terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sendiri telah menerima 3 juta vaksin Sinovac dalam bentuk jadi di awal Januari dan akan menerima 50 juta dosis dalam bentuk curah (bulk) hingga Maret 2021.