ERA.id - Otoritas Kesehatan Brazil telah merilis hasil analisa terbaru uji klinis vaksin COVID-19 buatan Sinovac Biotech. Pada Selasa, (12/1/2021), vaksin tersebut, dinamai sebagai CoronaVac, diumumkan memiliki tingkat efikasi vaksin 50,4 persen.
Angka ini mengoreksi informasi yang dirilis pada pekan lalu, di mana vaksin Sinovac disebut 78 persen efektif dalam mencegah gejala infeksi Coronavirus Disease.
Koreksi informasi ini lantas dikritik beberapa ilmuwan dan pengamat. Pusat biomedis Butantan Institute yang menjalankan uji vaksin Sinovac di Brazil dikritik karena hanya merilis sebagian data pada pekan lalu sehingga menimbulkan 'ekspektasi berlebihan'.
Hasil uji klinis terkini juga menimbulkan kekecewaan di Brazil karena vaksin Sinovac adalah satu dari dua vaksin COVID-19 yang disiapkan pemerintahan federal Brazil untuk memerangi infeksi penyakit tersebut di tengah gelombang kedua pandemi korona, demikian disampaikan Reuters.
"Kita mendapatkan vaksin yang bagus. Namun, bukan vaksin terbaik di dunia. Bukan pula vaksin yang ideal," kata ahli mikrobiologi Natalia Pasternak, mengritik nada komunikasi Butantan yang ia anggap melebih-lebihkan hasil uji klinis.
Ricardo Palacios, direktur medis untuk riset klinis di Butantan, pada Selasa mengakui bahwa angka tingkat efikasi 78 persen yang dirilis pada pekan lalu memang tidak mencakupkan sejumlah kasus 'infeksi sangat ringan' di kalangan relawan.
Setelah kasus 'infeksi sangat ringan' itu dimasukkan dalam kalkulasi, muncullah angka efikasi vaksin 50,4 persen.
Pada pekan lalu, komunikasi publik atas vaksin Sinovac terus difokuskan pada aspek bahwa vaksin ini 78 persen efektif menangkal 'infeksi sedang hingga berat' dari COVID-19. Media plat-merah asal China, Global Times, juga menggunakan sentimen yang sama dengan mengatakan bahwa vaksin ini '100 persen efektif mencegah infeksi berat'.
Pengungkapan sedikit-demi-sedikit data riil uji klinis vaksin Sinovac menimbulkan kekhawatiran dalam hal pengawasan. Koran The Guardian menulis bahwa sejumlah pihak khawatir vaksin ini tidak mendapat pengawasan yang secukupnya seperti terjadi pada produk vaksin buatan Amerika Serikat dan Eropa.
Hasil efikasi yang menurun juga bisa memperburuk skeptisisme terhadap produk vaksin buatan China, yang di Brazil selama ini kerap dikritik oleh Presiden Jair Bolsonaro.
Meski begitu, pakar kesehatan masyarakat mengatakan, seperti dilaporkan The Guardian, bahwa kemampuan vaksin Sinovac mengurangi jumlah pasien infeksi COVID-19 gejala berat saja sudah menjadi keuntungan bagi rumah-rumah sakit di Brazil yang kini berjibaku dengan membanjirnya jumlah pasien korona.
Sinovac di Tiga Negara
Brazil sendiri bukan satu-satunya negara tempat uji klinis fase III vaksin COVID-19 Sinovac. Uji klinis serupa juga dilakukan di Turki dan Indonesia berdasarkan kondisi domestik masing-masing negara, demikian disampaikan Global Times, (13/1/2021).
Ketiga uji vaksin, yang menggunakan sampel kandidat vaksin dan jadwal penyuntikan relawan yang seragam, menghasilkan tiga tingkat efikasi vaksin: 91,3 di uji klinis Turki, 50,4 persen di Brazil, dan 65,3 persen di Indonesia.
"(Perbedaan ini) normal dan menunjukkan obyektivitas terhadap uji klinis," melansir Global Times yang mengutip dokumen milik Sinovac.
Di Indonesia, vaksin Sinovac telah mendapat izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dan restu fatwa "suci dan halal" dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Presiden Joko Widodo pada Rabu, pukul 09.42 menjadi orang pertama di Republik Indonesia yang mendapat suntikan vaksin COVID-19 buatan Sinovac, dengan begitu memulai program vaksinasi korona di Indonesia.
"Saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Pada pukul 9.42 WIB pagi ini, saya memulai ikhtiar besar sebagai warga negara Indonesia untuk terbebas dari pandemi ini dengan menerima vaksin Covid-19," kata Jokowi melalui Instagram Jokowi.
Ia berharap vaksinasi COVID-19 bakal berjalan dengan lancar.