KSP Perjuangan Sebut Andi Mallarangeng Lebih Cocok Disandingkan dengan Sumanto
ERA.id - Pernyataan Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat (PD), Andi Mallarangeng yang mengibaratkan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko dengan Sumanto menuai kecaman keras dari organisasi yang menamakan diri KSP Perjuangan.
Ketua KSP Perjuangan, Bea Thor Suryadi menegaskan, Andi yang cocok disandingkan dengan Sumanto. Menurutnya, meski Sumanto terbilang memiliki perilaku 'nyeleneh' karena memakan mayat orang, tapi dia bukan koruptor.
"Andi Mallarangeng pun pernah terkenal, sebagai Menteri Pemuda dan Olah raga dan semakin popular ketika di tangkap KPK karena mencuri anggaran pembangunan sarana olah raga untuk kemajuan bangsa. Korupsi Wisma Atlet di Hambalang," katanya kepada ERA.id, Jumat (12/2/2021).
"Andi M merugikan masa depan Generasi Muda sepanjang masa," imbuh pria yang akrab disapa Bea Thor ini.
Bea Thor menganggap, baik Andi maupun Sumanto sama-sama populer, tapi negatif di mata masyarakat. Namun dia melihat, perbuatan Andi lebih negatif jika dilihat dari pelbagai aspek karena telah merugikan uang rakyat.
Kata Bea Thor, akibat perilaku Andi, PD juga merasa dirugikan lantaran yang awalnya menjadi partai yang miliki elektabilitas mumpuni, kini terjun bebas di angka di bawah 7 persen.
"Sumanto hanya popular sebentar, sementara isu Andi cukup panjang dan semakin panjang karena aktif lagi di PD sebagai Sekretaris Majelis Partai," ujarnya.
Di sisi lain, Bea Thor mengatakan, dengan cara Andi yang menyudutkan Moeldoko, maka mantan Panglima TNI tersebut terus mendapatkan respons dari masyarakat. Menurut dia, meski elektabilitas Moeldoko masih 0,8 persen, ia percaya bukan tidak mungkin elektabilitasnya terus meningkat dan berpotensi mengejar Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) selaku Ketua Umum PD.
"Moeldoko dan PD di nilai popular positif saling memperkuat, ada kontribusi dari Moeldoko atas kenaikan angka PD. Jika kelak Moeldoko mendapat restu dari SBY, maka ada 2 pilihan bagi koruptor di PD keluarkan pelaku korupsi dari struktur partai, atau menambah pelaku lain yang juga masih berminat berpartai.
"Tidak terpilah suka dan tidak suka, Moeldoko anti diskriminasi kader," pungkasnya.