Roket Serang Pangkalan Udara AS di Irak, 1 Tewas, 8 Luka-luka
ERA.id - Serangan roket di pangkalan udara Amerika Serikat di Kurdish, Irak, merenggut nyawa satu staf kontrak dan melukai delapan orang lainnya. Menjadi ujian pertama bagi kebijakan luar negeri Joe Biden di Iran.
Dilansir dari The Guardian, kira-kira 14 roket diluncurkan ke arah pangkalan udara yang berdekatan dengan bandara Erbil, Senin (15/2/2021) petang. Saksi mata meyakini roket-roket tersebut meluncur dari arah selatan.
Tiga roket berhasil jatuh di area pangkalan udara, sementara roket lainnya mengenai area pemukiman setempat.
Satu orang yang tewas teridentifikasi sebagai staf kontrak non warga negara AS. Sejumlah staf bersenjata AS dikabarkan ikut terluka dalam serangan tersebut.
Serangan pada Senin itu menjadi yang paling fatal dalam waktu setahun terakhir, terarah pada pasukan koalisi pimpinan AS untuk menumpas militan Negara Islam Irak. Selama ini tegangan antara AS, Irak, dan Kurdi semakin meningkat dengan para milisi pro Iran selama masa kepemimpinan Donald Trump.
Sejak 2019, beberapa kantor militer dan diplomatik Barat telah menjadi sasaran serangan roket dan bom mobil, yang kesemuanya itu oleh AS dianggap didalangi oleh pasukan pro Iran meski terjadi di kota Baghdad, Irak.
Serangan ke kawasan Erbil sendiri disebut-sebut didalangi oleh kelompok milisi Syiah yang menyebut diri Awliyaa al-Dam, yang merupakan satu dari puluhan kelompok kecil yang mewakili faksi pro Iran seperti Kata'ib Hezbollah dan Asa'ib Ahl al-Haq, seperti dilaporkan the Guardian.
Insiden pada Senin menjadi tantangan pertama bagi pemerintahan Biden yang salah satu misi utamanya menggulirkan lagi kesepakatan nuklir antara Iran dan negara-negara besar dunia. Kesepakatan ini sempat dicampakkan oleh Trump pada tahun 2018.
"Kita marah oleh serangan roket hari ini," kata sekretaris negara Antony Blinken, dalam pernyataannya Senin petang, menambahkan bahwa pemerintahan Biden "bakal menyeret ke depan hukum orang-orang yang bertanggung jawab."
Pada Selasa pagi, kelompok Awliyaa al-Dam menyatakan akan melancarkan lebih banyak serangan terhadap pasukan bersenjata AS.
"Pendudukan Amerika, di tiap inci teritori kami, tak akan aman dari serangan kami. Pun di Kurdistan, di mana kami bertekad menjalankan lebih banyak operasi terukur," seperti disebutkan dalam pernyataan kelompok tersebut, dikutip oleh SITE Intelligence Group, sebuah LSM yang melacak aktivitas daring kelompok-kelompok bersenjata.