Vaksin Pfizer Diuji di Populasi Israel, Tingkat Efikasi 94,5 Persen

ERA.id - Vaksin COVID-19 buatan Pfizer/BioNTech menjadi vaksin pertama di dunia yang efektivitasnya berhasil diteliti di luar laboratorium. Hasil yang ditunjukkan pun cukup mengagumkan: 94,5 persen efektif, dan mampu memproteksi terhadap varian virus dari Inggris.

Hingga sekarang data efikasi (kemanjuran) semua vaksin COVID-19 adalah hasil penghitungan di lingkup terkontrol dalam uji-uji vaksin. Angka efikasi itu belum mencakup situasi riil di mana variabel tak terduga turut berpengaruh.

Berdasar laporan Reuters, (25/2/2021), program vaksinasi di Israel, salah satu yang berjalan paling cepat di dunia, telah menciptakan data efikasi vaksin dalam situasi riil. Dari program itu diketahui bahwa dua dosis vaksin Pfizer mampu mengurangi munculnya gejala COVID-19 hingga 94 persen di semua kelompok umur. Munculnya gejala serius pun juga banyak berkurang.

Riset yang melibatkan 1,2 juta orang ini juga memperlihatkan bahwa satu suntikan vaksin Pfizer memiliki efikasi 57 persen dalam dua pekan pertama. Data ini telah dipublikasikan di jurnal New England Journal of Medicine, Rabu.

Hasil-hasil analisa secara independen oleh Clalit Research Institute, dalam situasi riil ini, konsisten dengan hasil uji klinis pada tahun lalu, di mana vaksin Pfizer/BioNTech disebut punya tingkat efikasi hingga 95 persen.

"Kami terkejut karena kami mengira di situasi riil yang rantai pasok dinginnya tak terlalu baik, dan ketika populasinya berusia lebih tua dan rentan sakit, maka hasil pengujiannya tak akan sebagus hasil uji klinis," kata Ran Balicer, salah satu peneliti yang terlibat, kepada Reuters.

"Namun, ternyata hasilnya bagus dan vaksin ini bekerja sama bagusnya di situasi riil."

Riset tersebut juga mengatakan bahwa vaksin yang dibuat oleh perusahaan AS Pfizer dan Jerman (BioNTech) efektif dalam memproteksi seseorang dari infeksi varian korona dari Inggris. Tim riset tidak menyebutkan tingkat efikasinya, namun, di lingkup waktu riset di Israel, varian tersebut telah menjadi varian yang dominan.

Belum diketahui bagaimana vaksin Pfizer ini akan bereaksi terhadap varian lain, misalnya yang banyak ditemui di Afrika Selatan. Sejumlah varian disebutkan berhasil melampaui kerja imun dan menurunkan tingkat efikasi vaksin yang saat ini telah dibuat.