Riset: Polusi Udara Timbulkan Gangguan Fungsi Otak pada Lansia
ERA.id - Kenaikan tingkat polusi udara - yang umumnya disebabkan oleh kendaraan atau asap pabrik - bisa mengganggu daya ingat dan fungsi otak kaum lansia, sebut sebuah penelitian terkini terkait dampak polusi udara terhadap kesehatan otak.
Temuan ini memperbanyak bukti bahwa paparan terhadap partikulat polutan di udara berdampak buruk tidak hanya pada jantung dan paru-paru, tapi juga jaringan syaraf di otak.
Para ilmuwan di Amerika Serikat dan China dalam riset ini menguji dugaan mereka dengan melakukan pengujian kognitif terhadap 1.000 pria dewasa yang tinggal di kawasan Greater Boston, AS dan mengkrosceknya dengan level polutan PM2.5, yaitu partikel kecil yang mengotori udara. Kelompok yang diteliti adalah kaum kulit putih dan memiliki rerata usia 69 tahun.
Dalam makalah di jurnal Nature Aging, para ilmuwan menjelaskan bahwa paparan atas level PM2.5 yang lebih tinggi selama empat pekan terkait dengan level kognitif yang lebih buruk untuk tes-tes seperti mengingat kata dan angka, serta kelancaran verbal.
Efek tersebut mencolok bahkan ketika level PM2.5 berada di bawah 10 mikrogram per meter kubik, yaitu level yang dianjurkan oleh WHO, dan jauh dilampaui di kota-kota besar seperti Jakarta.
Menariknya, penelitian itu juga menunjukkan bahwa hasil tes tidak terpengaruh oleh kenaikan tingkat polusi udara jika para pria tersebut mengonsumsi aspirin atau obat anti-peradangan non-steroid, atau disebut juga dengan obat NSAID.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa paparan singkat terhadap polusi udara berdampak pada dampak jangka pendek terhadap fungsi kognitif, dan bahwa obat NSAID bisa memodifikasi dampak tersebut," sebut para ilmuwan.
The Guardian menulis bahwa asumsi yang mendasari penggunaan NSAID adalah bahwa obat anti peradangan bisa mencegah peradangan yang dipicu oleh partikel kecil yang masuk ke dalam tubuh.
"Penelitian ini mengonfirmasi adanya hubungan antara polusi udara dan bagaimana kerja penuaan otak," sebut Andrea Baccarelli, salah satu peneliti senior di studi ini, dan juga profesor ilmu lingkungan di Columbia University.
"Efek jangka pendek ini bisa dipulihkan. Ketika polusi udara mereda, otak kita makin pulih dan bekerja dalam level semula. Namun, paparan berulang kali pada tingkat polusi udara yang lebih parah bisa menyebabkan dampak permanen," sebut Andrea, dikutip The Guardian.
"Penelitian kami tidak menganjurkan lansia untuk mengonsumsi obat anti peradangan, karena obat-obatan tersebut memiliki efek samping yang tidak bisa dipandang remeh," tambahnya.
"Secara umum, mengurangi peradangan dengan pola makan yang lebih sehat, seperti konsumsi buah, sayuran, dan serat, atau melakukan aktivitas fisik secara teratur, bisa membuat kita lebih sehat dan makin resilien terhadap ancaman lingkungan seperti polusi udara."