Tempat Tidur COVID-19 Makin Menipis, Satgas: Pasien Membaik Segera Pindah dari RS
ERA.id - Lonjakan kasus COVID-19 membuat meningkatnya ketersedian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) bagi pasien COVID-19 di ruang isolasi fasilitas layanan kesehatan rujukan.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan, tingginya kasus positif ini harus menjadi perhatian serius.
"Satgas meminta daerah untuk meningkatkan kualitas penanganan pasien COVID-19 di fasilitas rujukan," ujar Wiku dalam keterangan tertulis yang dikutip Rabu (23/6/2021).
Untuk itu, strategi yang harus dilakukan adalah dengan menerapkan early over treatment di mana pasien rumah sakit yang sudah mengalami perbaikan gejala dapat segera dirujuk untuk melanjutkan isolasi mandiri di rumah.
Tujuannya agar kapasitas rumah sakit menjadi lebih besar dan mampu menampung pasien dengan gejala sedang-berat lainnya.
Wiku menjelaskan, strategi early over treatment itu berdasarkan rekomendasi dari lima organisasi profesi kedokteran, seperti Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (lDAI), Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI).
"Selain itu, dapat juga dilakukan konversi tempat tidur rumah sakit atau menyediakan fasilitas isolasi terpusat di masing-masing wilayah agar beban dapat terbagi dan rumah sakit tidak kewalahan menangani pasien," kata Wiku.
Untuk diketahui, BOR 5 dari 6 provinsi itu mencapai lebih dari 80 persen per tanggal 21 Juni 2021. Tercatat, BOR pasien COVID-19 di DKI Jakarta 86,26 persen, Jawa Barat 86,36 persen, Jawa Tengah 86,16 persen. Lalu DI Yogyakarta 83,39 persen, Banten 82,77 persen. Hanya Provinsi Jawa Timur yang BOR-nya di bawah 80 persen, yakni 66,67 persen.
Diharapkan, cara itu dapat meningkatkan angka kesembuhan pasien. Sebab, kata Wiku, dalam lima pekan terakhir ini angka kasus positif selalu lebih tinggi dibandingkan dengan angka kesembuhan. Puncak selisih antara kasus positif dan kesembuhan terjadi di pekan ini sebanyak 17.391 kasus.
Berdasarkan data per 20 Juni 2021, Wiku mencatat, terdapat enam provinsi yang memiliki gap atau selisih besar antara kasus positif dengan kasus sembuh. Antara lain yaitu, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, dan Banten.
"Angka kesembuhan yang lebih rendah dibandingakan kasus positif perlu menjadi target utama perbaikian penanganan COVID-19," tegasnya.