Covid-19 Cuma Disamakan dengan Flu di Singapura, Turun Kasta?
ERA.id - Di Singapura, Covid-19 dalam waktu dekat akan dipandang sebagai bagian dari hidup normal sehari-hari, dan warga diharapkan dapat bekerja bepergian dan berbelanja berdampingan dengan risiko infeksi virus ini tanpa perlu karantina, apalagi lockdown.
Hal ini disampaikan oleh tiga wakil gugus tugas Covid-19 Singapura yang juga wakil dari sejumlah kementerian, saat menguraikan rencana transisi ke kondisi 'new normal' di koran the Straits Times, Senin, (24/6/2021).
Ketiga pejabat tersebut adalah Menteri Perdagangan dan Industri Gan Kim Yong, Menteri Keuangan Lawrence Wong, dan Menteri Kesehatan Ong Ye Kung.
Dikutip dari The Straits Times, mereka menyebut bahwa dalam beberapa bulan ke depan, Singapura akan bersiap memposisikan Covid-19 sebagai penyakit endemik biasa dan bisa dikendalikan, tak ubahnya seperti penyakit flu. "Setiap tahunnya banyak korang terinfeksi flu, sebagian besar mampu sembuh tanpa diopname dan pengobatan yang minimal," sebut mereka.
Untuk mencapai itu, kata mereka, vaksinasi adalah kunci. Perdana Menteri Singapura telah menyatakan dua pertiga warga Singapura setidaknya satu kali disuntik vaksin per 31 Juli.
"Tonggak kita berikutnya adalah agar dua pertiga dari populasi kita selesai divaksin di Hari Kebangsaan Singapura (9 Agustus), asalkan suplainya memenuhi," sebut mereka.
Mereka mengutip data efek penggunaan vaksin Covid-19 di Israel - negara yang menjadi 'laboratorium terbuka' untuk vaksin mRNA buatan Pfizer/BioNTech. Disebut bahwa kalangan orang yang divaksin punya risiko tertular 30 kali lebih rendah, dan kasus opname 10 kali lebih rendah, daripada mereka yang tidak divaksin.
Bahkan angka itu lebih rendah dari tingkat opname dan kematian akibat infeksi influenza, dicatat tahun 2017/2018.
Selain vaksinasi, pengetesan dan pengawasan infeksi masih terus dilakukan. Namun, pengetesan secara ketat akan difokuskan di pintu masuk Singapura - bandara dan perbatasan. Varian virus yang mengkhawatirkan, seperti varian Covid-19 Delta, bakal lebih diawasi.
Di dalam negeri, pengetesan kelak tidak lagi untuk mengkarantina warga yang terinfeksi. Test and tracing akan dipakai untuk mengamankan acara, pertemuan, dan perjalanan luar negeri.
Tes antigen, alih-alih PCR, akan lebih diutamakan karena bisa memberi hasil dengan lebih cepat dan relatif presisi.
Alat penganalisa hembusan nafas atau breathalyzers' diyakini bakal menjadi lebih presisi dalam waktu yang akan datang. Para wakil satgas Covid-19 Singapura berharap alat seperti ini kelak akan dipakai di bandara, pelabuhan, gedung, mal, rumah sakit, hinga sekolah.
Selain itu aspek pengobatan Covid-19 yang makin maju dan tanggung jawab sosial warga Singapura juga jadi elemen 'new normal' setelah Covid-19 dijinakkan.
"Delapan belas bulan setelah dimulainya pandemi, kami telah memiliki obat terapi yang efektif dalam merawat mereka yang sakit parah, juga untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi komplikasi dari penyakit ini," sebut mereka.
"Kementerian Kesehatan Melacak perkembangan ini secara erat, memastikan kita memiliki suplai yang cukup atas obat-obat tersebut."