Klaster Karaoke Singapura Didominasi Wanita Asing, Owner: Mereka Bukan 'Gadis Pemandu'
ERA.id - Singapura mencatat delapan kasus lokal infeksi baru Covid-19 pada Senin, (12/7/2021), atau tertinggi sejak akhir Juni lalu. Dari sekian kasus, Kementerian Kesehatan Singapura mencurigai sebuah klaster di tempat karaoke milik bisnis KTV.
Melansir Channel News Asia (CNA), Kemenkes Singapura disebut tengah menyelidiki beberapa 'gadis pemandu' asal Vietnam yang kerap berada di area karaoke atau klub KTV yang saat ini beralih fungsi menjadi outlet makanan dan minuman.
Tempat karaoke tersebut adalah Supreme KTV (Far East Shopping Centre), Empress KTV (Tanglin Shopping Centre), dan Club Dolce (Balestier Point). Seluruh staf di tempat karaoke tersebut diberi otoritas akses untuk menjalani tes Covid-19 secara gratis dan menyeluruh. Orang-orang yang berkontak erat dengan mereka, dari tanggal 29 Juni hingga 12 Juli, juga diminta untuk melakukan pengetesan.
Per Selasa, (13/7/2021), ada delapan kasus infeksi Covid-19 di klaster karaoke KTV tersebut.
Li, pengelola Supreme KTV - salah satu dari tiga tempat karaoke, mengatakan bisnisnya tertib menjalankan protokol kesehatan. Ia juga menegaskan tidak merekrut 'gadis pemandu' asal Vietnam. Ia justru menunggu para wanita tersebut adalah pengunjung karaoke.
"Sejujurnya, saya tidak tahu mereka siapa. Bagi kami, kami mempersilakan siapapun datang entah mereka 'gadis pemandu', warga Singapura atau China atau Vietnam. Kami tidak bersikap rasis. Kami tidak membatasi (kelompok manapun)," sebut Li, dikutip CNA.
"Kami semua berharap kami bisa kembali membuka bisnis hiburan malam. Itulah kenapa kami berjuang terus selama periode ini."
Pemerintah Singapura mempersilakan bisnis hiburan malam tetap beroperasi sebagai bisnis F&B. Namun, keberadaan gadis pemandu tidak diperbolehkan.
Presiden Asosiasi Bisnis Hiburan Malam Singapura, Joseph Ong, mengaku kemunculan klaster di tempat karaoke "sesuatu yang sangat tidak menguntungkan."
"Kami tidak tahu bagaimana para gadis pemandu tersebut ada di situ, tentu saja. Praktik itu tidak diperbolehkan," sebut Ong.
"Jadi, kami kecewa ini terjadi. Padahal jelas bahwa klub atau bar tidak seharusnya menawarkan jasa seperti itu."
Ong berpendapat, entah para wanita itu 'gadis pemandu' atau pengunjung, fakta bahwa mereka berkumpul dekat dengan pengunjung lainnya menunjukkan ada kemungkinan protokol kesehatan yang dilanggar.